Ahad, 25 Oktober 2020
Assalamu’alaikum and Good Morning guys
Comment allez-vous? Semoga sehat selalu ya. Okay di hari Ahad ini sebenarnya ada beberapa tugas yang mau kukerjakan sih, cuma…aku ingin meluangkan waktu sejenak untuk berbagi kisah di blog ini. Kisah ini sebenarnya terjadi minggu lalu, namun belum sempat kutulis karena ada beberapa kendala yang membuatku belum bisa menulis. Jadi, kisah apa itu? Dan bagaimana kisahnya? Seperti judul di atas, Mantis, aku akan menuangkan guratan kisahku mengenai pencarianku terhadap belalang sembah yang menjadi bahan praktikum Pengendalian Hayati dan Pengelolaan Habitat. Let’s check it out…
Jum’at, 16 Oktober 2020
-16.30 WIB-
Angin tampak tenang, ia sesekali menghampiriku lalu pergi kembali. Di kiri kananku berdiri tegak semak-semak dan pepohonan yang penuh dengan suara halus dari kaki-kaki mungil belalang yang melompat ke sana kemari. Aku bisa mendengarnya karena suasana di sekitarku memang sepi.
“Ah, ini lagi!” belalang daun mungil sedang bertengger di daun pakis tepat di depan mataku. Sebenarnya aku sedang mencari belalang, dan memang sudah banyak belalang daun dan belalang kayu yang kutemui, tapi bukan itu yang kucari, aku mencari belalang sembah, Mantis religiosa, belalang yang biasa disebut juga sentadu atau belalang upin ipin kata anak-anak di sini. Belalang eksotik dengan mata besar dan tangan yang panjang melipat.
“Eh, ini sepertinya ada jalan,” di semak tinggi sebelah kananku terdapat celah seperti jalan, aku tidak ingat kenapa bisa ada jalan di sana. Sebenarnya aku pun jarang keluar rumah, kalau bukan karena tugas praktikum ini, aku mungkin gak akan sampai ke sini walaupun letaknya gak jauh dari rumahku.
Setelah sampai di ujung jalan, aku berbalik kembali dan menyusuri untuk kedua kalinya. Demikian seterusnya hingga aku tak ingat berapa kali aku bolak-balik di setapak kecil yang diapit semak-semak tinggi ini dan hasilnya tetap nihil. Belalang daun, belalang kayu, semut, laba-laba, lalat, agas, hanya itu yang kutemui. Akhirnya kuputuskan untuk pulang ke rumah.
“Dapat belalang sembahnya, Ri?” tanya Ibuku.
“Nggak, Ma,” jawabku.
“Coba cari di kebun besok, mungkin ada,” usul Ibuku.
Benar juga, sebenarnya aku juga berpikir untuk mencari di kebun besok, tidak ada salahnya juga mencari di sana. Sekedar info, besok hari dari pagi hingga tengah hari aku tidak ada jadwal kuliah, jadi bisa kumanfaatkan untuk mencari belalang sembah ini, namun di jam 13.00 WIB praktikum itu dimulai. That means, aku hanya punya waktu sekitar 6 jam untuk mencari belalang sembah itu.
Sabtu, 17 Oktober 2020
-07.30 WIB-
Setelah aku membeli gas 2 buah sebagai pesan Ibuku karena gas di rumah sudah habis, aku segera melaju menggunakan motor nan sederhana ke kebunku yang terletak tidak jauh dari rumahku. Setelah tiba, langsung kuterobos masuk ke dalam semak-semak dan mencari ke sana kemari belalang sembah itu. Singkat saja, dari jam 07.30 WIB hingga 10.00 WIB, aku sama sekali tidak mendapatkan apa-apa, guys. Jauh kutelusuri keluar masuk semak-semak hingga sampai di semak terujung yang berbatasan dengan sungai berwarna coca-cola yang dinamakan sungai apit dengan anak-anak sekitar yang sering bermain di sana dan yang kutemukan hanya belalang daun dan capung. Dengan kisaran yang luas ini, aku hanya bertemu dengan sedikit sekali serangga, lebih sedikit dari semak di dekat rumahku semalam. Hey, ada apa ini? Kemana serangga-serangga lainnya pergi? Aku masih bertanya-tanya mengapa bisa semak seluas ini tapi hanya sedikit serangga yang tinggal. Entah mungkin karena memang mereka sembunyi sehingga sulit kujumpai atau memang tidak ada. By the way, capung-capung yang kutemui di bantaran sungai cukup banyak dan bervariasi, ada yang berwarna merah, hijau, hingga biru. Dengan kesal bercampur sedih aku pun pulang ke rumah.
“Semoga aja segera kutemukan belalang sembah ini, kalaupun bukan aku yang menemukannya, kuharap belalang sembah itu yang datang kepadaku, Yaa Allah, tolong,” batinku.
Setelah tiba di rumah, aku tidak putus asa, segera aku pergi ke semak-semak semalam dan masuk ke dalam jalan kecil misterius yang kutemui di semak sebelah kanan semalam. Aku ingat, terakhir kali aku masuk ke dalam semak-semak ini pada waktu SD ketika sedang bermain petak umpet dengan teman-teman. Siapa sangka aku masuk ke semak-semak ini lagi ketika sudah kuliah semester 5. Oke, terus kutelusuri semak-semak ini dengan mengikuti celah semak yang terbuka, benar-benar seperti dibuat oleh seseorang, mungkin ada orang yang pernah ke sini sebelumnya secara berulang-ulang, aku juga menjumpai tumbuhan yang rebah. Hmmm… Setelahnya aku tiba di tanah yang luas, kulihat sekitar seperti kebun orang. Serius aku merasa berada entah di mana karena belum pernah aku ke tempat ini. Kutelusuri sisi kiri kebun tersebut dan masuk ke semak-semaknya.
“Eh itu sepetinya ada orang di sana, itu rumah?” aku melihat atap rumah orang sembari terdengar tawa anak kecil. Khawatir semakin tersesat, aku balik keluar semak.
Tiba-tiba di kebun tadi ada bapak-bapak, aku hanya tersenyum ke beliau dan beliau pun tersenyum kepadaku. Awkward juga sebenarnya yang kurasa. Aku khawatir entar dikira maling. Nasib baik bapak itu kalem.
“Daripada tersesat, lebih baik aku ke tempat aku keluar tadi,” gumamku. Aku kembali masuk ke semak tempat aku keluar pertama kali.
“Bunga apa ini?”
Tak berapa lama menyusuri, aku menemukan bunga aneh yang berbeda dari tumbuhan yang ada di semak-semak ini.
![]() |
| Bunga Misterius Yang Kutemui |
“Eh wait, itu rumahku?”
Benar saja, aku tiba di belakang rumahku. Aku keluar dari semak yang berada di belakang rumahku setelah mengikuti jalur semak yang terbuka. Kucoba teliti dengan seksama semak belakang rumahku ini.
“Benar ada jalan di semak-semak ini! Tapi, kenapa bisa? Kenapa semak ini punya jalur terbuka? Siapa yang buat jalan ini? Siapa yang pernah ke sini?”
Aku malah menjadi penasaran, jangan-jangan ada yang memata-matai aku, keluargaku, dan tetanggaku.
-12.30 WIB-
Setelah shalat zhuhur, aku melihat-lihat whatsapp kalau-kalau link google meet praktikum sudah dishare, ternyata belum. Aku sudah putus asa dan rela karena tidak kutemukan belalang sembah yang menjadi syarat praktikum jam 13.00 WIB nanti.
“Ari, sini dulu, apa ini? belalang?” teriak Ibuku dari ruang depan.
Srettt
Entah kenapa aku merasa apa yang ditangkap Ibuku adalah belalang sembah, segera aku keluar kamar dan melihat Ibuku menempelkan tangannya di pintu.
“Ini, coba lihat,” kata Ibuku.
Kucoba mengintip melalui sela ibu jari-telunjuk Ibuku”
“Eh, iya betul! Ini belalang sembah, Ma!” teriakku.
![]() |
| Belalang Sembah yang Ibuku Temukan |
Segera aku mengambil toples dan memasukkan belalang sembah mungil itu ke dalamnya.
“Alhamdulillah, dicari gak dapat malah dia datang sendiri,” ujarku sambil tersenyum.
Ibuku juga tersenyum, “kenapa bisa ya? Tiba-tiba dia terbang dari luar ke dalam, pas ditangkap dia juga nggak terbang.”
Aku hanya menggeleng, ibuku langsung menyambut, “mungkin do’a Ari tak? Ari do’a ke Allah biar ketemu belalang sembahnya tapi langsung Allah kasih belalang sembahnya.”
Iya aku ingat. Aku memang berdo’a dalam hati semoga bisa bertemu dengan belalang sembah, kalau bukan aku yang menemukannya, dia yang menemukanku. Dan ternyata do’a itu terkabul. Luar biasa. Akhirnya aku pun bisa praktikum dengan menunjukkan belalang sembah mungil itu.
The End
Nah jadi demikian cerita pertemuanku dengan belalang sembah itu. Lalu bagaimana akhirnya? Menyedihkan! Sebenarnya aku yang salah sih. Aku ingin memberinya makan, lalu kuberi semut rangrang, ternyata semut rangrangnya menggigit belalang sembahku, setelah beberapa menit belalangku mati. Kukira belalang sembah bisa memangsa semut rangrang dan bakalan menang melawannya. Aku merasa bersalah, benar-benar bersalah. Dia datang kepadaku, malah aku yang membuatnya mati, ibarat membalas air susu dengan air tuba. Hmm…tapi setidaknya aku dapat belajar hubungan antara belalang sembah dengan semut rangrang ini.
![]() |
| Belalang Sembah yang Dibawakan Lutfi |
Oh iya ada cerita unik tentang hari ini, jadi tepat ketika aku menulis cerita ini, Lutfi, anaknya teman Ibuku datang bersama kawan-kawannya membawakanku belalang sembah. Aku hanya tersenyum dan menerimanya walaupun sebenarnya tugas itu sudah lewat seminggu yang lalu, tapi aku menghargai perjuangannya menemukan belalang sembah itu. Jadi, seminggu yang lalu, tepat malam sabtu, teman Ibuku datang bersama suaminya dan Lutfi ini untuk menanyakan PR Lutfi sekalian bersilaturahmi. Jadi, Ibuku meminta bantuan mereka untuk mencarikan belalang sembah. Ternyata setelah seminggu berlalu, baru ditemukan belalang sembahnya. Aku pun meletakkan belalang sembah itu ke pohon mangga di depan rumahku, karena gak mungkin juga kupelihara di dalam kamar.
Okay, sekian cerita untuk hari ini, lumayan panjang ya? Wkwkw, ya…demikianlah. Terima kasih telah berkunjung ke blogku ya. Have a nice day. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.



Menarik :)
BalasHapusPosting Komentar