ARIANTOTLE

Jum'at, 19 April 2024



Hi guys! Apa kabar?

Semoga sehat selalu ya 🌿


Bagaimana kabar Ari?

Well, alhamdulillah lumayan sehat. Sebenarnya, aku sedang dalam masa pemulihan pasca sakit di akhir ramadhan kemarin. Jadi, 4 hari menjelang lebaran, di hari Sabtu setelah shalat subuh, aku tiba-tiba merasa lemas yang aneh dan membuatku kurang nyaman. Saat itu perasaanku menyuruhku untuk membangunkan teman kosku, Jasriman, yang kebetulan di sebelah kamarku, untuk membawaku ke rumah sakit (RS Aulia Hospital Pekanbaru). Sesampainya di rumah sakit, karena di bagian registrasi belum buka dan aku sudah lemas sekali, kami langsung ke emergency. Setelah diperiksa, ternyata asam lambungku naik. Aku pun dirawat selama 2 hari. Ibu dan Oomku langsung datang di hari itu juga. Setelah agak baikan, kami pun pulang ke Dumai untuk mempersiapkan lebaran. Di hari Senin kemarin (15 April 2024) kami ke Pekanbaru kembali untuk kontrol dan alhamdulillah kata dokternya kondisiku sudah stabil dan beliau hanya meresepkan obat dan memberi nasehat agar aku mengatur pola makan, tidak sering begadang, dan menghindari stress. 


Berbicara tentang stress, ya... siapa yang nggak pernah stress atau paling tidak ada banyak hal yang berkecamuk di pikiran dan merenggut ketenangan dan kebahagiaan? Setiap orang pernah mengalaminya, bukan?

Hal ini mendasariku untuk menulis pada kesempatan kali, tentang kebahagiaan. Sebenarnya sebelum aku sakit kemarin, aku sudah berencana untuk menuliskan hal ini, tapi mungkin inilah hikmah dari sakit itu sehingga aku mendapatkan pengalaman tambahan tentang arti kebahagiaan.


Jadi, apa itu kebahagiaan?

Mungkin sebagian besar orang akan menjawab "kebahagiaan adalah kesenangan yang diperoleh jiwa". Dengan apa? Untuk ini setiap orang mungkin akan menjawab hal yang berbeda-beda. Ada yang bilang bahagianya dicapai dengan karir yang stabil, ada yang dengan membangun keluarga yang bahagia, ada yang sekedar main game sudah bahagia, dan sebagainya. Tapi benarkah itu kebahagiaan?


Terkadang kita menganggap kebahagiaan ada di satu hal, kemudian kita berusaha mencapainya, dan ketika kita sudah mencapainya dan merasa bahagia, seketika itu juga kebahagiaan berpindah ke hal lain dan kita pun berusaha mengejarnya lagi. Apakah kebahagiaan ini sesuatu yang bisa berpindah-pindah?


Ada hal yang menarik sebenarnya. Dalam bahasa Inggris, kebahagiaan itu diterjemahkan sebagai happiness, dan yang aku jelaskan sebelumnya itu sebenarnya pleasure, kesenangan sementara. Happiness dan pleasure adalah dua hal yang berbeda. Bahkan menurut Hazrat Inayat Khan dalam The Alchemy of Happiness, pleasure itu adalah ilusi, bayangan kebahagiaan yang membuat seseorang terus berdelusi dan mengejar kesana kemari apa yang menurut mereka mendatangkan kebahagiaan tanpa pernah merasa terpuaskan dan hal ini bisa berlangsung seumur hidup mereka.


Apakah kita ingin seumur hidup mengejar bayangan?


Sekarang kita tahu bahwa kebahagiaan itu bersifat eternal. Lalu dimana kita dapat menemukan kebahagiaan itu? Jawabannya ada di dalam diri sendiri. Ya! Jiwamu adalah kebahagiaan itu sendiri. Hazrat Inayat Khan menjelaskan kalau jiwa dalam bahasa Sanskerta adalah "Atman" yang berarti happiness atau bliss. Artinya, jika kamu ingin bahagia, maka kamu tidak perlu mencari karena tak akan kamu temukan dimanapun di sudut bumi ini, tapi rasakan di dalam dirimu sendiri. 


Mengenal diri sendiri! Itulah kunci kebahagiaan. Tanpa mengenal diri sendiri, bagaimana kamu bisa mengenal yang lain?


Hal ini sebenarnya sudah dipaparkan oleh Imam al-Ghazali dalam Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan):

Siapa aku dan darimana aku datang?

Kemana aku akan pergi, apa tujuan kedatangan dan persinggahanku di dunia ini, dan dimanakah kebahagiaan sejati dapat ditemukan?

Ketahuilah, ada tiga sifat yang bersemayam dalam dirimu: hewan, setan, dan malaikat.

Harus kautemukan, mana diantara ketiganya yang aksidental dan mana yang esensial.

Tanpa menyingkap rahasia itu, kau tak akan temukan kebahagiaan sejati.


Sifat malaikat adalah esensi kita, sementara sifat lainnya adalah aksiden.


Maka dari itu, nilai-nilai kebaikan merupakan sumber kebahagiaan. Ketika kebaikan-kebaikan mengkristal di dalam jiwa, maka dengannya cahaya kebahagiaan akan terpancar. Kita sendirilah yang menentukan apakah ingin membiarkan jiwa kita terlelap dalam kegelapan dan ilusi kebahagiaan atau mengambil jalan kebaikan yang menjadi sumber kebahagiaan itu sendiri?


Plato dalam bukunya The Republic berkata "He must be able to choose, defining the worse and better life with reference to the nature of the soul". Baik buruknya kehidupan kita tergantung pada bagaimana kondisi jiwa kita. Dan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, apakah jiwa kita bahagia tergantung pilihan kita. Orang lain dan hal-hal di luar diri kita membawa berbagai hal seperti kesenangan, kesedihan, kelebihan, dan kekurangan, tapi kebahagiaan itu pilihan dari diri sendiri. Hal ini senada dengan yang dikatakan Aristoteles: "Happiness depends upon ourselves" dan Socrates: "The secret of happiness, you see, is not found in seeking more, but in developing the capacity to enjoy less".


Selanjutnya ada hal penting yang perlu diperhatikan, yaitu pikiran. Pikiran bisa menjadi sekutu ataupun musuh bagi diri sendiri dalam mempertahankan jiwa. Lihatlah bagaimana kecemasan, stress, overthinking dapat mengganggu kestabilan tubuh? Gangguan pada jiwa dapat mengganggu tubuh kita begitu juga sebaliknya dan hal ini bersumber dari pikiran. Lantas bagaimana cara mengatasi hal ini?


Mari kita ambil kebijaksanaan dari Lao Tzu:

If you are depressed, you are living in the past

If you are anxious, you are living in the future

If you are at peace, you are living in the present


Jadi, cara mengatasinya adalah dengan fokus pada saat ini. Meski terdengar sederhana, tapi kenyataannya hal ini memang lumayan sulit untuk dilakukan, terutama karena ada saja lintasan-lintasan pikiran yang datang, bahkan ketika sudah fokus pada saat ini juga masih ada cobaan, tidak semua hal bisa diselesaikan dan digenggam, hal ini pun menjadi bibit-bibit kesedihan. 


Namun demikianlah kenyataannya, memang tidak semuanya bisa kita kendalikan. Ada hal-hal dalam jangkauan kendali kita dan ada juga di luar kendali kita. Sebagaimana yang dikatakan Epictetus: "Happiness and freedom begin with a clear understanding of one principle: Some things are within our control, and some things are not". Epictetus sendiri menjelaskan cara mengatasi hal ini: "There is only one way to happiness and that is to cease worrying about things which are beyond the power of our will". Berhenti mencemaskan hal-hal di luar kendali kita. 


Kesimpulannya, inti kebahagiaan ialah fokus pada jiwa kita, pada nilai-nilai kebaikan, pada hal yang berada dalam jangkauan kita, pada saat ini. Mungkin terlihat sulit, namun bila kita berusaha dan membiasakan diri maka akan kita temukan bahwa kebahagiaan itu berada dalam diri kita, sebuah benih yang menanti untuk disirami.


Oke sekian untuk postingan kali ini. Tetap bahagia dan tetap semangat! 🌱

2 Komentar

  1. Momennya pas bgtt, akhir² ini aku suka bereaksi berlebihan terhadap sesuatu, ujung² nya jadi stress sendiri. Makasii, Aku selalu suka cara Ari ngejelasin sesuatu jadi lebih sederhana. Sehat selalu ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama anonim, senang bisa membantu 😊 Sehat selalu juga ya

      Hapus

Posting Komentar