ARIANTOTLE

Sabtu, 04 Januari 2025



Hi guys!

Apa kabar? Semoga sehat selalu ya!


Tidak terasa kita sudah masuk tahun 2025. Tentunya banyak hal yang telah kita lalui di tahun 2024 kemarin, baik yang hitam maupun yang putih. Ya, biarlah semua itu menjadi kenangan dan pelajaran bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya. Bagaimana dengan tahun 2025 kamu? Apa kamu sudah punya resolusi? Atau kamu menemukan sesuatu yang bermakna di tahun 2024 yang menjadi resolusi untuk tahun ini?


Kali ini aku akan menceritakan kisah perjalananku dalam dunia linguistik dan sastra yang menjadi resolusiku di tahun ini. Sebenarnya resolusi ini memiliki akar di tahun 2024, yaitu tepatnya ketika aku mulai membuat blog Ariantoteles (Sastra). Kamu bisa membaca kisah awal mula aku membuat blog itu disini. Sebenarnya, awal mula aku membuat blog itu adalah sebagai tempat arsip puisi-puisiku. Seiring berjalannya waktu, aku mendapatkan inspirasi untuk menerjemahkan puisi-puisi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dan memberikan interpretasinya sejauh pemahamanku.


Awalnya aku bingung ingin menerjemahkan puisi bahasa apa karena begitu banyak puisi yang bersileweran. Aku pun mulai merenung dan mencoba meminta pendapat hatiku, yang mana paling beresonansi dengannya dan juga sesuai dengan nilai-nilai yang kupegang. Aku menyadari bahwa aku memiliki minat mendalam dalam puisi-puisi yang memiliki nilai filosofis dan juga spiritual, serta ketakjubanku pada tokoh Rumi dan Allama Iqbal. Hal ini juga tercermin dari puisi-puisi yang kutulis. Aku menulis puisi sebagai cara menyalurkan pikiran dan perasaan yang tak mampu kuucapkan, namun seiring aku membaca puisi-puisi Rumi dan Allama Iqbal, aku mulai menyadari adanya resonansi antara aku dan mereka berdua. Memang aku sejak dulu suka membaca quotes dari Rumi dan baru tahun kemarin kepikiran untuk menemukan versi original nya. Ternyata yang aku temukan diluar ekspektasiku, yaitu resonansi yang lebih dalam dari sekedar minat pada quotes. Aku pun membuat puisi khusus untuk mereka berdua yang berjudul Sang Guru.


Setelah aku menemukan sumber puisi yang akan kuterjemahkan, aku pun mulai membuat kategori baru di blog Ariantoteles (Sastra) yang menjadi tempat berkumpulnya puisi-puisi terjemahan itu nantinya. Aku membuat kategori Sastra Persia untuk karya Rumi dan Allama Iqbal, serta Sastra Urdu untuk karya Allama Iqbal yang berbahasa Urdu. Aku pun menambahkan kategori Sastra Arab karena bahasa Arab merupakan bahasa prioritas utamaku dan banyak hikmah yang tersimpan dalam bahasa Arab. Dari pembagian kategori itu aku semakin menyadari bahwa bahasa Arab, bahasa Persia, dan bahasa Urdu adalah bahasa yang benar-benar beresonansi denganku. Istilahnya 3 bahasa inti.


Kamu mungkin pernah membaca postinganku Ariantotle Language Center dimana aku pernah menyebutkan tentang Pleiades Languages yang menjadi bahasa yang kupelajari saat itu yang terbagi menjadi Core (Arab, Inggris, dan Mandarin) serta Side (Hindi, Urdu, Spanyol, dan Jepang). Aku juga membuat akun Instagram untuk membagikan beberapa bahasa itu. Namun, hal itu hanya berlangsung beberapa minggu karena aku kehilangan semangat. Aku mencoba mengevaluasi diri, mengapa? Kini aku menyadari bahwa saat itu aku belum menemukan tujuan spesifik atau semacam api yang membara dalam diriku untuk membuatku tetap berproses walau semangat sedang turun. Setelah aku mulai menerjemahkan puisi-puisi di blog Ariantoteles (Sastra), aku pun menemukan tujuan dan api itu. Sesuatu yang membuatku beresonansi secara mendalam pada karya-karya Rumi dan Allama Iqbal dan keinginan kuat untuk menerjemahkannya sehingga pesan-pesan universal mereka dapat sampai kepada semua orang. Ya, ini merupakan proses yang dinamis dan suatu perjalanan panjang yang juga menjadi bagian dari pemahaman diri. Jika kamu juga memiliki minat dalam mempelajari bahasa asing, kamu bisa membaca tips-tipsnya disini.


Lalu, apa itu bahasa Dari yang Ari tulis di judul? Dan apa kaitannya dengan yang Ari ceritakan ini?


Mungkin belum banyak yang tahu bahasa Dari itu apa. Bahasa Dari adalah bahasa Persia dialek Afghanistan. Jadi, bahasa Persia saat ini ada 3 dialek besar yaitu bahasa Persia Iran (Farsi), bahasa Persia Afghanistan (Dari), dan bahasa Persia Tajikistan (Tajik). Bahasa Farsi dan Dari menggunakan aksara Perso-Arabic yang agak mirip huruf arab melayu, sementara bahasa Tajik menggunakan aksara Cyrillic yang mirip aksara Rusia.


Nah, dengan adanya 3 dialek bahasa Persia ini, aku pun bingung dialek yang mana yang perlu aku fokuskan untuk dipelajari. Sebagian besar orang mempelajari bahasa Farsi karena sumber-sumber bacaan yang lebih banyak dan beragam, terstandarisasi, dan juga saat ini ada sertifikasi kompetensi bahasanya yaitu AMFA (sejenis TOEFLnya bahasa Persia). Ada juga diskusi online yang membahas antara bahasa Farsi dan bahasa Dari yang mana lebih baik untuk dipelajari, banyak yang memilih bahasa Farsi karena menurut mereka lebih indah. Tapi entah mengapa aku merasa hal yang berbeda. Akhirnya aku pun mempelajari keduanya (ini adalah kali kedua aku mempelajari kedua bahasa ini. Dulu aku pernah mempelajarinya ketika SMP).


Setelah beberapa lama, aku menyadari bahwa resonansiku lebih kuat ke bahasa Dari. Mengapa?

1. Bahasa Dari adalah bahasa yang digunakan oleh Rumi dan Allama Iqbal. Allama Iqbal dalam salah satu puisinya dalam Asrar-e-Khudi bagian Prologue menyebutkan:

گرچه هندی در عذوبت شکر است

Garche Hindi dar uzūbat shekkar ast

(Meskipun bahasa Hindi [Urdu] manis seperti gula)

طرز گفتار دری شیرین تر است

Tarz-e goftar-e Dari shirin tar ast

(Gaya bahasa Dari lebih manis)

2. Aku menyadari sesuatu yaitu alur perjalanan bahasaku untuk daerah Timur Tengah dan Asia Selatan mengarah ke bahasa Dari. Di bagian Timur Tengah aku mulai dengan bahasa Arab ketika kecil, lalu belajar bahasa Persia Iran (Farsi) ketika SMP. Sementara di Asia Selatan aku mulai dengan bahasa Hindi, lalu belajar bahasa Urdu (Pakistan). Jika ditarik garis, dari masing-masing arah itu menuju ke Afghanistan yang mana bahasa resminya adalah Bahasa Dari dan Bahasa Pashto. Aku juga mencoba untuk mempelajari bahasa Pashto, tapi resonansiku dengan bahasa Dari lebih kuat. 

3. Aku mencoba merasakan dengan hatiku, antara bahasa Farsi dan Dari yang mana aku merasa tenang ketika belajar tentangnya. Setiap kali aku tenggelam dalam masing-masing bahasa itu, aku bisa merasakan perbedaan nuansa antara keduanya dimana bahasa Dari terasa lebih terhubung denganku. Setelah beberapa lama dalam perenungan, aku pun merasa bahasa Dari benar-benar beresonansi secara alami denganku.


Bahasa bukan hanya alat komunikasi, namun bahasa merupakan cerminan dari jiwa seseorang. Setiap orang memiliki resonansi pada bahasa tertentu. Pelajari semua bahasa dan cakrawalamu akan terbuka luas. Pelajari bahasa yang beresonansi denganmu dan kamu bisa mendengar dirimu. Pelajari bahasa diam dan kamu akan tenggelam dalam makna dirimu. 


Untuk bahasa Farsi sendiri, meski secara tertulis tidak jauh berbeda dengan bahasa Dari, namun dalam hal speaking keduanya memiliki beberapa perbedaan. Disini, beberapa orang mengatakan cara berbicara bahasa Farsi lebih indah dan lembut. Namun aku lebih memilih bahasa Dari.


Beberapa perbedaan antara bahasa Dari dan Farsi yaitu:

a. Bahasa Dari masih memiliki kata-kata Persia lama yang mana pada bahasa Farsi sudah digantikan oleh kata serapan misalnya "berbicara" dalam bahasa Dari گپ زدن (gap zadan) sementara bahasa Farsi حرف زدن (harf zadan). 

b. Bahasa Dari masih mempertahankan bunyi ē dan ō seperti pada bahasa Persia Klasik yang mana pada bahasa Farsi hanya berupa ī dan ū. Misalnya شیر pada bahasa Dari bisa dibaca "Shēr" yang artinya Singa dan "Shīr" yang artinya Susu. Sementara pada bahasa Farsi baik Singa maupun Susu tetap dibaca "Shīr".

c. Bahasa Dari masih mempertahankan diftong Ay dan Aw seperti pada bahasa Persia Klasik yang mana pada bahasa Farsi berubah menjadi Ey dan Ow. Misalnya بخیر yang artinya baik dibaca sebagai "Bakhayr" pada bahasa Dari dan "Bekheyr" pada bahasa Farsi.

d. Bahasa Dari masih mempertahankan vokal a pendek seperti pada bahasa Persia Klasik yang mana pada bahasa Farsi berubah menjadi vokal e. Misalnya یک yang artinya satu, dibaca "yak" pada bahasa Dari dan dibaca "yek" pada bahasa Farsi. Selain itu, kata yang berakhiran ہ umumnya dibaca sebagai "a" pada bahasa Dari dan dibaca "e" pada bahasa Farsi, misalnya خانه yang artinya rumah, dibaca "Khāna" pada bahasa Dari dan dibaca "Khāne" pada bahasa Farsi. 

f. Huruf و ketika sebagai konsonan dibaca sebagai "w" pada bahasa Dari, sementara pada bahasa Farsi dibaca "v". Misalnya پروانه yang artinya ngengat, dibaca "parwāna" pada bahasa Dari dan dibaca "parvāne" pada bahasa Farsi.


Itu beberapa perbedaan antara bahasa Dari dan bahasa Farsi. Tentunya perbedaannya masih ada lagi termasuk perbedaan dalam pengucapan kosakata versi formal dan informalnya. Namun menurutku, perbedaan ini mirip seperti bahasa Indonesia dan Melayu Malaysia. Bahkan lebih mirip lagi. Karena kalau kita lihat versi formal tertulis dari kedua dialek bahasa Persia ini, hampir tidak ada perbedaan kecuali beberapa grammar dan kosakata. Misalnya pada bahasa Dari, untuk membuat kalimat Continous Tense, tidak memerlukan kata kerja bantu داشتن (to have) seperti bahasa Farsi.


Untuk mempelajari bahasa Dari ada beberapa resources yang bisa digunakan, yaitu:

1. Defense Language Institute's Dari Course

Di website ini kamu bisa menemukan Textbook dan juga Audio yang bisa didownload dan dipelajari secara gratis.

2. YouTube GAP Languages

Channel YouTube ini menyediakan pelajaran beberapa bahasa yang ada di Afghanistan, termasuk bahasa Dari. Materinya mulai dari percakapan dasar hingga bacaan cerita.

Untuk membiasakan diri dengan bahasa Dari, kamu bisa mengasah skill listening dengan menonton YouTube Tolo TV ataupun mendengarkan radio Salamwatandar (radio ini memiliki 2 bahasa yaitu Dari dan Pashto). 


Demikian resources yang aku gunakan dalam mempelajari bahasa Dari. Kamu juga bisa membaca kisah orang lain seperti George Callahan di websitenya Pine Tree Poet tentang perjalanannya dalam mempelajari bahasa Dari serta resources yang dia gunakan. 


Oke, mungkin demikian yang dapat kujelaskan mengenai bahasa Dari. Aku juga membuatkan puisi mengenai bahasa Arab, Persia, dan Urdu, dengan menggunakan Haramain sebagai representasi bahasa Arab, Balkh sebagai representasi bahasa Persia Dari dan Lahore sebagai representasi bahasa Urdu. Balkh dan Lahore juga menjadi representasi dari Rumi dan Allama Iqbal yang menjadi tokoh yang kukagumi. Kamu bisa membacanya di puisiku yang berjudul Melodi Bunga.


Semoga bermanfaat dan tetap semangat dalam menjalankan resolusi untuk tahun ini 🌿

Post a Comment