Rabu, 12 Juni 2024
Hi! 大家好!
Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya 🌿
"Ariantotle Language Center? Apa itu?"
Mungkin kalian akan bertanya-tanya maksud dari judul yang kutulis.
Jadi, sebenarnya sudah lama aku ingin sharing mengenai berbagai bahasa asing dan sepertinya inilah momennya. Sebelumnya, aku bingung bagaimana cara menyampaikan hal ini, di platform mana, dan seperti apa formatnya. Terutama sekali, bahasa apa yang lebih baik aku bagikan? Karena aku memiliki minat terhadap banyak bahasa. Akhirnya setelah beberapa pertimbangan, aku memutuskan untuk membuka branch dari blogku ini yaitu Ariantotle (yang memang difokuskan sebagai tempatku menulis pengalaman, cerita, dan puisi, lebih seperti diary) dengan branch pertama adalah Ariantotle Language Center yang menjadi basis studi bahasa. Kedepannya, aku berencana membangun center di bidang lainnya.
"Jadi, bahasa apa yang mau Ari sharing dan di platform mana?"
Oke, sebelum itu, aku akan bercerita mengenai pengalamanku dalam mempelajari bahasa asing.
Bahasa asing pertama yang kupelajari adalah bahasa Arab. Kenapa? Karena sewaktu aku kecil, sebelum masuk TK, aku memiliki minat terhadap huruf hijaiyah. Hal ini tidak terlepas dari peran tetanggaku, Kak Butet. Kak Butet ini sering mengaji dan belajar dengan guru ngaji di rumahnya. Aku memperhatikan apa yang dibaca dan tertarik dengan huruf-hurufnya. Aku pun meminta Ibuku untuk membelikan sesuatu yang membuatku bisa belajar mengaji seperti Kak Butet. Ibuku membelikan poster huruf hijaiyah dan menempelkannya di kamar. Di samping itu, Ibuku juga membelikan poster alfabet. Aku pun mempelajari keduanya. Dan ternyata, aku lebih dahulu memahami huruf hijaiyah daripada alfabet. Jadi, ketika TK aku sudah tamat Iqra' dan bisa membaca al-Qur'an, namun aku baru bisa membaca ketika masuk SD.
Ketika SD ini aku berkenalan dengan Bahasa Inggris sebagaimana orang-orang pada umumnya karena memang menjadi bagian mata pelajaran. Cuma... sewaktu SD ini aku tidak terlalu suka dengan bahasa Inggris, entah kenapa. Bahkan menjelang akhir SD, aku sampai membenci bahasa Inggris! Aku masih ingat, mata pelajaran pertama kali yang aku dapat nilai 0 itu bahasa Inggris 😅 Aku sampai berkata "Kenapa sih harus belajar bahasa Inggris? Kenapa bahasa Inggris yang dijadikan bahasa Internasional bukan bahasa yang lain?". Hal ini yang menjadi dasar petualanganku mempelajari bahasa asing lain selain bahasa Inggris.
"Daripada belajar bahasa Inggris, mending belajar langsung bahasa resmi negara-negara lainnya," begitu pikirku.
Oh iya, semasa SD ini aku juga masuk Taman Pendidikan al-Qur'an (TPQ) jadi bahasa Arab masih terus kupelajari.
Petualangan bahasa asingku dimulai ketika peralihan dari SD ke SMP. Aku ingat jelas waktu itu sedang di kampung (Teluk Pinang, Indragiri Hilir, Riau), di atas loteng sendirian. Tiba-tiba masuk inspirasi dalam pikiranku untuk mencari alternatif bahasa Inggris. Dengan bermodalkan Opera Mini dari HP lama yang internetnya belum secanggih sekarang (masih ingat kan teknologi tahun 2012 gimana? 😅), aku pun browsing bahasa asing yang perlu kupelajari, bahasa Italia! Kerandoman itu tentu tidak muncul secara random, aku memilih bahasa Italia karena aku suka karakter Odd Della Robbia di kartun Code Lyoko yang mana di kartunnya itu Si Odd digambarkan memiliki kebangsaan Italia. Setelah puas mempelajari frase dasar bahasa Italia, aku lanjut mempelajari bahasa Rusia dan perlu sekitar 2-3 hari aku menghapal hingga bisa membaca huruf Cyrillic. Setelah itu aku mulai mempelajari bahasa Hindi.
Bahasa Italia, Rusia, dan Hindi adalah 3 bahasa pertama pasca bahasa Arab dan Inggris yang kupelajari. Dan ketiga bahasa ini spesial sekali karena aku mempelajarinya ketika di kampung dan setiap kali mempelajari bahasa ini, aku jadi teringat kampung. Khusus untuk bahasa Hindi, bahasa ini lebih spesial lagi karena aku sudah bersentuhan dengan bahasa Hindi ini sedari kecil. Sepertinya sezaman dengan bahasa Arab karena Ibuku suka nonton film India dan aku mendengar bahasa Hindi dari film itu. Ada beberapa lagu india yang iramanya terus terngiang di telingaku bertahun-tahun sampai aku tahu judul lagunya, di antaranya Tinak Tin Tana dan Aane Se Uske Aaye Bahar. Aku terus mempelajari bahasa India hingga mampu membaca dan menulis dengan aksara Devanagari. Ketika SMP, biasanya kami menghias meja-meja kami, dan aku banyak menulis tulisan Hindi di kertas origami dan meletakkannya di bawah taplak plastik bening. Rasanya mejaku yang paling heboh waktu itu 😂 Dari mejaku ini, guru-guru jadi tau kalau aku memiliki minat mendalam seputar India, bahkan kabar ini sampai ke telinga kakak kelas maupun adik kelas. Kadang ketika aku lewat di lorong kelas, ada aja yang berhentiin aku buat nanya bahasa Hindi dan ngomong bahasa Hindi. Dan juga, ketika perpisahan SMP, aku sampai menampilkan duet lagu India Humko Humise Chura Lo dengan guru kesenianku 😅
Tapi, ada hal luar biasa yang terjadi di balik ini guys!
Jadi gini, karena minat yang besar terhadap bahasa Hindi. Aku mencoba mencari referensi eBook yang bisa didownload di google. Tapi, sangat sulit kujumpai di referensi bahasa Indonesia. Akhirnya dengan terpaksa aku mencari referensi berbahasa Inggris dan aku jumpa beberapa. Sadar atau tidak sadar, proses belajar bahasa Hindi melalui referensi bahasa Inggris ini justru membuatku jadi belajar bahasa Inggris juga. Terlebih lagi, ketika SMP aku tidak mengikuti TPQ lagi, jadi aku belajar bahasa Arab secara otodidak. Aku mencari referensi versi bahasa Indonesia dan aku tidak paham, tapi ketika aku mencari referensi versi bahasa Inggris, aku jadi paham bahasa Arab terutama grammar! Disini aku menyadari bahwa dengan mempelajari beberapa bahasa asing membuat kita mampu melihat dari sudut pandang lain. Aku pun mulai berbaikan kembali dengan bahasa Inggris 😅
Belajar bahasa asing membuat kita melihat dari sudut pandang yang berbeda |
Fase SMP ini merupakan fase paling banyak aku mempelajari bahasa asing karena aku masih mencari bahasa asing yang menurutku besar peluang untuk dikuasai. Ditambah lagi, dengan semakin banyak aku pelajari bahasa asing, aku semakin familiar dengan grammar maupun kosakata bahasa asing dari satu rumpun atau rumpun yang berdekatan. Dengan metode ini, aku bisa mempelajari beberapa bahasa asing sekaligus, misalnya bahasa Italia yang rumpun latin aku lakukan ekspansi ke bahasa Spanyol dan Prancis, sementara bahasa Hindi yang rumpun Indo-Aryan diekspansi ke bahasa Urdu.
Fase SMA dan Kuliah, bahasa asing yang kueksplor menjadi lebih sedikit, dan beberapa waktu kemudian akupun mulai mempersempit bahasa asing yang kupelajari. Hal ini agar proses belajar bahasa asingku lebih efektif (karena kalau belajar banyak-banyak dalam waktu bersamaan, bisa bikin bingung dan overload 😅). Akhirnya 7 bahasa kujadikan bahasa asing yang kupelajari hingga kini. Ketujuh bahasa itu kusebut sebagai Pleiades Languages, karena merujuk gugus bintang pleiades yang indah (dalam bahasa Arab disebut bintang Tsurayya, letaknya di rasi Taurus). Pleiades Languages ini terbagi dua yaitu Core (Arab, Inggris, dan Mandarin) dan Side (Hindi, Urdu, Spanyol, dan Jepang).
Di Ariantotle Language Center, Pleiades Languages ini dibagi menjadi Open dan Private. Open Languages ini adalah bahasa-bahasa yang kupelajari dan bisa aku sharing karena aku lumayan paham dengan bahasa tersebut, diantaranya AES (Arabic, English, and Spanish) dan HU (Hindi-Urdu). Untuk Private Languages adalah bahasa yang masih aku pelajari dan belum memungkinkan bagiku untuk sharing karena aku merasa kompetensiku dalam bahasa tersebut masih kurang, diantaranya Mandarin dan Jepang. Jika aku merasa sudah mampu, in syaa Allah aku akan memasukkannya ke kategori Open Languages.
Terkait bahasa Mandarin dan Jepang ini sebenarnya kedua bahasa ini spesial. Bahasa Mandarin sendiri bisa dibilang bahasa yang dekat denganku karena aku bersentuhan dengan bahasa ini kira-kira sezaman antara bahasa Arab dan bahasa Inggris. Aku familiar dengan bahasanya maupun hanzinya, namun aku baru memulai belajar otodidak ketika SMP, pasca bahasa Jepang. Oh iya, aku juga punya nama Mandarin, 宥勝 (Yòushèng). Untuk bahasa Jepang, aku belajar conversation bareng abang kelasku, Bang Sani. Kami sering pulang bareng karena sama-sama naik sepeda dan kearah yang sama, jadi terkadang kami saling berbagi seputar bahasa Jepang. Dan di fase ini untuk pertama kalinya aku beli kamus selain bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab, yaitu bahasa Jepang. Untuk nama Jepang, hmm.. sepertinya belum ada, tapi kalau berdasarkan nama mandarinku 宥勝, bisa dibaca sebagai ひろし かつざき (Hiroshi Katsuzaki) berdasarkan website jisho.org. Wallahu a'lam.
"Jadi, di platform mana bahasa AES dan HU ini mau Ari sharing?"
Aku akan sharing di platform Instagram. Berikut akunnya:
Ariantotle AES Academy (@ariantotle.aes)
Ariantotle HU Academy (@ariantotle.hu)
Jika kalian berminat dengan bahasa Arab-Inggris-Spanyol ataupun Hindi-Urdu, silakan difollow ya 🙂
Oke, mungkin sekian tulisanku kali ini sekalian peresmian Ariantotle Language Center yang memiliki 2 akademi ini. Semoga akademi ini bermanfaat untuk semua, aamiin. See you next time!
Posting Komentar