Pintu diketuk salam bersambut
Senyum dipadu merona lembut
Seorang hadir langkah diurut
Terhenti langkahnya suara lain bersambut
Diri digertak lalu dicaci
Kulihat rupa laksana benci
Terpatung batu dingin sendiri
Semakin digertak keluar kembali
Kembali kuulang hal dilaku
Rupa di wajah senyum dipaku
Nyata di hati sedang membeku
Melangkah ke sana tidak berliku
Ia melihat terlontar ucapan
Terhadapku berdiri di depan
Irisan kurasa hati pikiran
Pikiranku beku hati anggapan
Jawab kusambut dari ditanya
Badai di hati nyata rasanya
Mulut menjawab sebisa dirinya
Goresan melebar kelam sakitnya
Arus ucapnya menggores hatiku
Mungkin tak sadar ia dilaku
Tak sadar juga aku membeku
Tak sadar juga getar jawabku
Bertanya kembali apa kutuju
Kujawab maksud dari hatiku
Panggil seorang karena amanah padaku
Teruslah terlontar ucapnya paku
Kuberi maksud ia menanya
Getaran hati sambut jawabnya
Ia izinkan dalam ucapnya
Kulihat orang tujuku padanya
Segera kumelangkah kepada ia
Maksud disampai kepada dia
Jawaban tidak daripada ia
Kujawab lakukan sekiranya ke dia
Bermaksud mengadu ke orang pertama
Namun bukanlah mengadu kepada ia
Nada terserah dalam ucapnya
Masih tinggalkan gores drama
Salam kulakukan sembari pergi
Dengan hati yang penuh duri
Serta air mata mengucurkan diri
Membanjirkan dirinya di dalam hati
Kembali ke ruang jauh jangakauan
Luapkan air mata hilangkan dekapan
Seraya mencoba diri tegarkan
Lalu keluar bertopengkan senyuman
Posting Komentar