ARIANTOTLE

Aku tidak tahu perasaaan apakah ini, apakah senang atau biasa saja. Tapi yang pasti, besok aku akan pulang kampung. Malam ini, semua barang yang diperlukan sudah dipersiapkan.
Pagi tiba, aku terbangun karena dibangunkan oleh ibuku. Mobil travel yang akan kami tumpangi akan tiba pukul 8 pagi nanti. Aku segera mandi dan berpakaian. Kemudian, aku menunggu di kursi sambil melihat jalanan di depan rumahku.

Pukul 8 lebih beberapa menit, mobil travel tersebut datang dan kami pun segera membawa barang-barang kami dan membawanya masuk ke mobil kemudian kami pun pergi.

Aku hanya termenung sambil melihat-lihat keadaan di luar dari jendela mobil. Perjalanaan ini terasa biasa saja, namun ketika aku berada di Siak, aku melihat keganjilan. Ketika itu, mobil yang kami tumpangi sedang berjalan di tepi jurang atau entah apa namanya. Aku penasaran dengan apa yang kulihat kemudian aku dekatkan mukaku ke jendela mobil dan melihat ke bawah. Dua sosok bayangan hitam yang terlihat kecil karena dipandang dari atas, terlihat saling berkejaran. Aku langsung menarik kepalaku dan menengadah ke atas. "Apa tadi itu?" tanyaku dalam hati, kemudian aku mengatur nafas dan mencoba tenang. Lalu aku memandang kembali tempat dimana aku melihat bayangan tadi, tempat itu sudah jauh di belakang dan bayangan itu juga sudah hilang. "Mungkin tadi itu hanya ilusi," kataku dalam hati. Sebenarnya aku juga tidak yakin apakah itu ilusi atau tidak, tapi aku postive thinking saja.

Malam tiba ketika kami menempuh perjalanan di Rengat. Semua keluargaku di dalam mobil sedang tidur, namun aku masih terjaga karena aku merasakan hal yang aneh. Aku pun memandang keadaan di luar mobil yang sudah gelap. Walaupun sudah gelap, pepohonan yang lebat dan semak belukar masih terlihat walau samar-samar. Tiba-tiba aku melihat seekor hewan yang aku tidak tahu apakah kancil atau rusa sedang berdiri di samping jembatan. Aku lihat supir yang sedang mengemudi di depan sepertinya tidak tertarik dengan hewan itu, ia terus fokus ke depan. Kemudian, aku memandang hewan itu kembali, dan keadaannya masih sama seperti tadi, ia menatapku seakan-akan menunggu kedatanganku. Aku pun segera menutup jendela mobil itu dengan tirai yang memang ada di mobil itu. Cahaya-cahaya dari kendaraan lain terlihat seperti bola cahaya dengan duri bagiku, silau. Aku pun memejamkan mata, hanya memejamkan mata namun tidak tidur.

Jam dua pagi, akhirnya aku tiba di Tembilahan, kami hanya butuh beberapa jam lagi untuk tiba di kampungku, Teluk Pinang. Paman-pamanku menjemput kami dari Teluk Pinang dengan motor. Pamanku 2 orang dan 1 orang lagi adalah temannya.Kami pun memulai perjalanan dengan motor. Aku dengan adikku, bertiga dengan pamanku yang mengemudi. Ibuku, ayahku, dan yang lainnya di 2 motor lain.

Hawa dingin menerpa diriku, aku masih merasa kedinginan walau sudah memakai jaket. Pepohonan yang rimbun dan diselingi semak belukar berada di kiri dan kananku. Aku melihat ke langit, tidak ada bulan. Suasana begitu gelap, tiba-tiba aku merasa ada yang mengikutiku dari belakang, rombongan ayah, ibuku dan yang lainnya sudah duluan berada di depan. Aku pun memandang ke belakang, tidak ada apa-apa. "Mungkin hanya perasaanku saja" ujarku dalam hati. Aku pun melewati sebuah jembatan yang di samping kiri jembatan itu ada sebuah pohon yang aku tidak tahu pohon apakah itu. Kemudian kami melanjutkan perjalanan. Aku merasa ada yang aneh, suasana jalan yang kulewati ini sama dengan jalan yang tadi. Kemudian kami melewati sebuah jembatan yang ada pohonnya, persis dengan jembatan sebelumnya. Namun, aku tetap positive thinking. Kami melanjutkan perjalanan dan menemukan jembatan yang sama. Kejadian ini terus berulang. "Ini mulai jadi aneh" kataku dalam hati, lalu aku pun membaca ayat kursi dalam hati berulang kali. Akhirnya kami terlepas dari siklus jembatan itu.

Pepohonan kelapa yang rimbun berada di kiriku dan pepohonan yang aku tidak tahu namanya berada di kananku. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara seperti seseorang yang memotong kelapa dari pohonnya. Aku pun melihat disekitarku yang lumayan gelap. Tidak ada satu pun cahaya, namun suara itu masih terdengar. Aku pun membaca ayat kursi dan suara itu hilang.

Keluargaku yang lain pasti sudah jauh di depan, tiba-tiba aku melihat tiga buah cahaya seperti bola berwarna merah, jingga, dan biru. Dalam pikiranku terkata bahwa itu adalah lampu belakang motor pamanku dan satunya lagi adalah lampu belakang motor orang lain yang mungkin memang melakukan perjalanan juga. Tapi, pikiranku itu langsung terpotong oleh pikiran lain bahwa lampu belakang motor kedua pamanku itu berwarna kuning, lagipula cahaya-cahaya itu tidak mengeluarkan suara motor. Aku pun terus memandang cahaya itu.

Tiba-tiba motor yang aku tumpangi berbelok ke kiri, namun cahaya-cahaya itu masih berjalan lurus ke depan. Aku ingin bertanya ke pamanku kenapa kami berbelok. Tiba-tiba pertanyaanku itu aku telan karena aku melihat motor pamanku yang satunya dan kawannya terparkir di depan rumah nenekku, di kampungku. Akhirnya aku pun tersadar bahwa cahaya-cahaya itu bergerak ke perkuburan yang ada di tepi desa. Berarti cahaya-cahaya itu ingin menipu kami. Untunglah pamanku yang mengemudi tadi tidak terikuti oleh tipu daya cahaya-cahaya itu.

#TrueStory

Post a Comment