Senin, 5 Jumadil Akhir 1437 H
Cerita ini merupakan
cerita yang saya kirimkan ke Dirathree Publisher saat lomba Cerpen bertema “Bakatku”.
“Jadi, pilihlah
pilihanmu sekarang!”
Suara itu menggelegar
lantas panggilan itu ia matikan.
“Bagaimana caraku
menghadapi ini?”
“Aku benar-benar dalam
pilihan yang sulit.”
Aku melirik ke jam
dinding, oh! sejam lagi perlombaan dimulai. Aku berangkat ke tempat perlombaan
itu dengan mengenakan pakaian menawan.
“Wah, cantik sekali dia!”
“Mempesona!”
“Wow, sexy!”
“Pipinya merona, imut
deh!”
Ujar orang-orang di
bawah panggung yang melambung ke telingaku ketika aku melenggak-lenggok di atas
panggung.
“Senyumannya indah!”
“Sungguh menawan!”
Sambut yang lain
tatkala aku tersenyum untuk kembali ke belakang panggung.
Kini, pengumuman
pemenang dibacakan dan aku menjadi juara pertama, sungguh menggembirakan. Aku
kembali ke rumah dalam perasaan bergairah.
“Halo! Saya ingin berbicara
kepada anda, mohon ke tempat saya segera.”
Suara orang yang
menelponku pagi tadi terdengar tatkala aku mengangkat ponselku yang berdering.
“B..Ba..Baik.”
Aku segera memutar
haluan mobilku ke tempat direktur itu dengan tangan bergetar.
“Sungguh sangat
disayangkan, kamu mempunyai bakat yang menawan.”
Aku tiba di ruangannya
dan langsung ia berbicara, aku hanya terdiam.
“Tapi, kamu tidak
memilihnya.”
Tetapku terdiam.
“Saya melihat kamu di televisi
dalam kontes tarik suara itu bulan lalu, sungguh mempesona. Tapi mengapa kamu
menolak tawaran saya?”
Aku mencoba berbicara, “Bukan
itu maksud saya pak, saya sangat menghargai tawaran bapak, namun saya masih
sedang memilih.”
“Hmmm..baiklah. Tapi,
saya beri waktu 3 hari lagi untuk kamu berpikir.”
Aku mengangguk lalu
berpamitan dan pulang. Ketika di perjalanan aku teringat bahwa besok ada film yang
menarik di bioskop. Segera aku membeli tiketnya yang sepertinya akan habis dan pulang
kembali ke rumah yang tertunda tadi.
“Wah, film yang menarik,”
ujarku ketika menonton film itu.
“Aku merasa
terinspirasi.”
“Sekarang aku tahu
pilihanku!”
Film itu selesai dan
aku pulang serta menerapkan pilihanku tadi.
“Ini adalah pilihan
yang tepat bagiku!”
Hari terus berlalu dan
pilihan itu telah menjadi budaya hidupku.
“Assalamu’alaikum
ustadzah.”
“Wa’alaikumsalam,” jawabku.
“Nanti malam ada lomba
Tilawatil Qur’an, ustadzah ikut kan?”
“Insya Allah ikut.”
Ya, sekarang aku
menjadi seorang qoriah dan menjadi ustadzah di sebuah pesantren. Inilah pilihan
yang terbaik bagiku, terinspirasi dari film di bioskap beberapa tahun lalu.
“Kini, aku merasakan
hidayah dari hobi dan bakat ini. Bukanlah hobi mengumbar aurat dan menyanyi
seperti yang dulu kulakukan.”
Arianto lahir di Teluk
Pinang pada 13 Januari 2000. Saat ini ia bersekolah di SMAN 2 Dumai. Ia sangat
hobi menulis, blogging, juga bersyair. Karyanya yang ia tulis seperti Sajak
Kelam, Balada “Bayangan Mimpi”, Buruk Sangka, dan lainnya. Anda bisa menghubunginya
di : Twitter: @Arianto_Waly atau fakhristeps.blogspot.co.id
Posting Komentar