ARIANTOTLE


Kamis, 19 April 2018

Aku hendak menceritakan kisah yang terjadi beberapa hari yang lalu. Berikut kisahnya:

Senin, 16 April 2018
            Mataku terbuka, kulihat sekeliling, masih didekap kesunyian. Aku mencoba untuk duduk lalu membaca doa bangun tidur. Aku melangkah keluar kamar dan melihat ke jam dinding . Masih sekitar jam 4, aku melangkah ke kamar mandi untuk berwudhu lalu melangkah kembali ke kamar untuk menunaikan shalat malam. Besok adalah hari yang dahsyat, karena besok merupakan hari diumumkannya peserta yang lolos SNMPTN 2018.

            Hari menjelang pagi, aku masih dalam keseharianku di rumah. Pukul 9 pagi, aku berangkay ke sekolah hanya untuk sekedear mengembalikan raport dan memberikan fotokopi raport. Setelah itu aku bersama ayahku pergi ke capil untuk mengurus KTP.

            Ah, pengalaman yang lumayan lucu, karena di dalam ruangan rekam KTP, aku masih kebingungan dengan alat-alatnya. Tapi, semuanya pun selesai. Aku diberitahu untuk datang kembali hari Kamis untuk mengambil KTP Sementara.

            Aku mengambil HP dan kubuka WA, banyak chat dari teman-teman yang sudah tidak sabar dengan hari selasa, besok, hari penting, salah satu hari penentu masa depan, hari pengumuman SNMPTN. Aku pun pulang dan melanjutkan chatting dengan teman-temanku...Taufik, Piona, dan teman lainnya.

Selasa, 17 April 2018
The Day of Announcement
            Kembali ke rutinitas pagi hingga matahari merangkak naik dan tersenyum pada dunia. Jantungku terus berdegap kencang, suatu keadaan yang membuatku merasa sedikit demam dan kurang nyaman. Hari ini kuisi dengan chatting dan chatting dari pagi hingga sore tentang pengumuman SNMPTN yang akan disaksikan jam 5 sore nanti.

            Selepas shalat ashar, jantungku makin berdebar tidak karuan hingga pukul 16.30 WIB. Aku buka whatsapp. Banyak chat yang menunjukkan betapa berdebarnya teman-temanku, begitu pun aku.
“Yaa Allah, apa ari bisa lulus ya?” ujarku dalam hatiku.
“Yaa Allah, semoga ari dan teman-teman ari bisa lulus di PTN yang kami inginkan, kalau pun tidak lulus semoga itu yang terbaik.”

15 menit sebelum jam 5 sore, aku masih chatting dengan Taufik, kami sama-sama panik.
Astaghfirullah 5 menit lagi....Allahu Akbar...
Ujaran kepanikan terpampang di SnapWA kami. Hingga...Bumi berputar dan memasuki pukul 5 sore. Jantungku semakin berdegup kencang, aku terdiam, senyap kaku, bingung, serasa....mati rasa. Padahal aku belum membuka pengumumannya.
“Sudah keluar pengumumannya?” tanya Ibuku
“Sudah,” sahutku.
“Jadi, Ari lolos?” tanya Ibuku kembali
“Belum, nanti aja lha, masih takut..” jawabku.
Aku terbayang-bayang....apa benar aku bisa lolos di STEI ITB? Apa benar aku bisa lolos di Agroteknologi UNRI? Pertanyaan itu terbang-terbang di benakku. Aku pun mengambil HP dan kubuka web SNMPTN dan........tidak bisa terbuka. Server Down. Error...
Aku pun mencoba buka web mirror yang disediakan ITB, aku memasukkan no.pendaftarannku dan tanggal lahir. Dag dig dug dag dig dug...

Bismillahirrahmanirrahiim...
Jreng...
Aku menggeser scroll ke bawah dan kulihat warna merah. Dan kamu sendiri tau apa artinya hal tersebut. YAP! Aku Tidak Lulus SNMPTN. Aku bigung, sedih, panik, pasrah dan ada rasa bersyukur juga...pasti ada hikmah dari semua ini.
“Ma, pengumumannya dah keluar.”
“Jadi, gimana lulus?”
“Enggak,” jawabku datar.
“Hah? Kenapa gak lulus? gara-gara kurus?”
“Tak lha, mana ada pas SNMPTN dinilai kurus enggaknya?” Aku sedikit tersenyum, lepas sedikit sesak di dada.

            Aku buka grup WA kelas ku, SinCosTan, teman-temanku yang lolos segera memposting di grup. Mula dari Herta, Alfina, Kamilia, Bella, Ilham, Irda, Sonia, dan teman lannya. Aku senang, meski aku gak lulus, karena doaku kepada teman-temanku dikabulkan Allah, cukup banyak yang lulus dari kelas kami.
Dan mulailah saat-saatnya,
Pertanyaan dari temanku mulai berdatangan..
“Ari, lulus ITB?”
“Ari, gimana?”
“Ari, lulus?”
Tidak hanya dari temanku, wali kelasku dan guru agamaku juga bertanya.
Aku hanya menjawab. “Belum rejeki, Alhamdulillah ‘ala kulli haal.”, “Belum rejeki buk, alhamdulillah ‘ala kulli haal.”

            Teman temanku dan guruku pun memberi semangat dan mengatakan bahwa in syaa Allah rejekiku ada di tempat lain dan in syaa Allah juga lebih baik lagi.
Taufik pun bertanya padaku di chat antara kami berdua. Aku menjawab bahwa aku enggak lulus.
“Kok bisa?” tanyanya
Wallahu A’lam,

            Sebenarnya aku pun tidak tahu mengapa. Tapi..aku coba selidiki hikmah dibalik semua ini. Namun, aku hanya menemukan satu hikmah.
Waktu pendaftaran SNMPTN kemarin, aku terlambat memasukkan KAP dan PIN bidikmisi ke laman SNMPTN. Jadi, kalau misalnya aku lulus, kemungkinan besar aku harus bayar uang semester pertama dan seterusnya sebesar Rp.8-10 jt, sementara kondisi keluarga saat ini...untuk mencari uang sebanyak itu...belum ditemukan jalannya.
Aku bersyukur atas apa pun yang terjadi.

            Memasuki waktu maghrib, aku pergi shalat ke mushallah. Hatiku masih terasa tidak karuan. Aku pulang ke rumah. Dalam hatiku berdoa agar Allah memberiku jalan dan menghilangkan kegundahan yang ada dalam hatiku. Seperti biasa, sehabis maghrib, aku membaca al-Quran di rumah. Aku pun duduk dan membacanya. Hingga....aku bertemu dengan ayat yang membuat air mataku tak kuasa kubendung, air mataku meleleh, hatiku bergejolak.

Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 57-58)

            Aku terharu dan tersentak dengan kata falyafrahuu “hendaklah mereka bergembira’. Hatiku yang diliputi kabut gundah, seketika ada semangat untuk tersenyum. Air mataku meleleh, aku tersedu dalam diam. Aku terus melanjutkan mengaji hingga kutemukan lagi ayat yang membuat hatiku semakin bergejolak

Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. (QS. Yunus: 62-63)

            Wa laa hum yahzanuun “dan mereka tidak bersedih hati”. Aku merasa semakin tersentak sekaligus pucuk semangat semakin memekar. Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, Laa haula wa laa quwwata illa billah. Aku merasa itu adalah kode agar aku jangan bersedih dan meningkatkan kualitas keimanan dan terus bertakwa serta bertawakkal karena Allah lah yang mengetahui tentang kita, semenjak kita belum terlahir di dunia ini lagi.

            Aku terus mengaji lalu selesai dan menunaikan shalat isya. Hingga, waktu terus melangkah dan membawaku pada pemberhentian berikutnya, di kasur. Aku pun berbaring dengan hati yang serasa disinari. Ada perasaan sedih sedikit, namun juga semangat yang menyinari.

            Dan...paragraf ini ditulis pada hari Senin, 23 April 2018. Kini, perasaan gundah terhadap SNMPTN telah menghilang walau belum sepenuhnya. Namun, aku memiliki motivasi dan semangat untuk dapat meraih kesuksesan di SBMPTN. Pada hari-hariku setelah pengumuman SNMPTN kemarin, banyak teman-teman bahkan guru-guru yang menyemangatiku. Tentu hal ini men-charge semangatku.
            “Tidak apa-apa, kalau rezeki tidak akan kemana.”
            Demikian perkataan yang terlontar dari sebagian besar mereka yang menyemangatiku. Aku ‘kan senantiasa berusaha.
            Dengan bismillah, in syaa Allah aku bisa. Dan, dengan bismillah, in syaa Allaah teman-temanku bisa. Dengan bismillah, in syaa Allah kami bisa. Allahu Akbar!


Dumai, 19-23 April 2018
      Arianto

Post a Comment