Aku hendak menceritakan kisah yang terjadi beberapa
hari yang lalu. Berikut kisahnya:
Senin, 16 April 2018
Mataku
terbuka, kulihat sekeliling, masih didekap kesunyian. Aku mencoba untuk duduk
lalu membaca doa bangun tidur. Aku melangkah keluar kamar dan melihat ke jam
dinding . Masih sekitar jam 4, aku melangkah ke kamar mandi untuk berwudhu lalu
melangkah kembali ke kamar untuk menunaikan shalat malam. Besok adalah hari
yang dahsyat, karena besok merupakan hari diumumkannya peserta yang lolos
SNMPTN 2018.
Hari
menjelang pagi, aku masih dalam keseharianku di rumah. Pukul 9 pagi, aku
berangkay ke sekolah hanya untuk sekedear mengembalikan raport dan memberikan
fotokopi raport. Setelah itu aku bersama ayahku pergi ke capil untuk mengurus
KTP.
Ah,
pengalaman yang lumayan lucu, karena di dalam ruangan rekam KTP, aku masih
kebingungan dengan alat-alatnya. Tapi, semuanya pun selesai. Aku diberitahu
untuk datang kembali hari Kamis untuk mengambil KTP Sementara.
Aku
mengambil HP dan kubuka WA, banyak chat dari teman-teman yang sudah tidak sabar
dengan hari selasa, besok, hari penting, salah satu hari penentu masa depan, hari
pengumuman SNMPTN. Aku pun pulang dan melanjutkan chatting dengan
teman-temanku...Taufik, Piona, dan teman lainnya.
Selasa, 17 April 2018
The Day of Announcement
Kembali
ke rutinitas pagi hingga matahari merangkak naik dan tersenyum pada dunia. Jantungku
terus berdegap kencang, suatu keadaan yang membuatku merasa sedikit demam dan
kurang nyaman. Hari ini kuisi dengan chatting dan chatting dari pagi hingga
sore tentang pengumuman SNMPTN yang akan disaksikan jam 5 sore nanti.
Selepas
shalat ashar, jantungku makin berdebar tidak karuan hingga pukul 16.30 WIB. Aku
buka whatsapp. Banyak chat yang menunjukkan betapa berdebarnya teman-temanku,
begitu pun aku.
“Yaa Allah, apa ari bisa lulus ya?” ujarku dalam
hatiku.
“Yaa Allah, semoga ari dan teman-teman ari bisa
lulus di PTN yang kami inginkan, kalau pun tidak lulus semoga itu yang
terbaik.”
15 menit sebelum jam 5 sore, aku masih chatting
dengan Taufik, kami sama-sama panik.
Astaghfirullah 5 menit lagi....Allahu Akbar...
Ujaran kepanikan terpampang di SnapWA kami.
Hingga...Bumi berputar dan memasuki pukul 5 sore. Jantungku semakin berdegup
kencang, aku terdiam, senyap kaku, bingung, serasa....mati rasa. Padahal aku
belum membuka pengumumannya.
“Sudah keluar pengumumannya?” tanya Ibuku
“Sudah,” sahutku.
“Jadi, Ari lolos?” tanya Ibuku kembali
“Belum, nanti aja lha, masih takut..” jawabku.
Aku terbayang-bayang....apa benar aku bisa lolos di
STEI ITB? Apa benar aku bisa lolos di Agroteknologi UNRI? Pertanyaan itu
terbang-terbang di benakku. Aku pun mengambil HP dan kubuka web SNMPTN
dan........tidak bisa terbuka. Server Down. Error...
Aku pun mencoba buka web mirror yang disediakan ITB,
aku memasukkan no.pendaftarannku dan tanggal lahir. Dag dig dug dag dig dug...
Bismillahirrahmanirrahiim...
Jreng...
Aku menggeser scroll ke bawah dan kulihat warna
merah. Dan kamu sendiri tau apa artinya hal tersebut. YAP! Aku Tidak Lulus
SNMPTN. Aku bigung, sedih, panik, pasrah dan ada rasa bersyukur juga...pasti
ada hikmah dari semua ini.
“Ma, pengumumannya dah keluar.”
“Jadi, gimana lulus?”
“Enggak,” jawabku datar.
“Hah? Kenapa gak lulus? gara-gara kurus?”
“Tak lha, mana ada pas SNMPTN dinilai kurus
enggaknya?” Aku sedikit tersenyum, lepas sedikit sesak di dada.
Aku
buka grup WA kelas ku, SinCosTan, teman-temanku yang lolos segera memposting di
grup. Mula dari Herta, Alfina, Kamilia, Bella, Ilham, Irda, Sonia, dan teman
lannya. Aku senang, meski aku gak lulus, karena doaku kepada teman-temanku
dikabulkan Allah, cukup banyak yang lulus dari kelas kami.
Dan mulailah saat-saatnya,
Pertanyaan dari temanku mulai berdatangan..
“Ari, lulus ITB?”
“Ari, gimana?”
“Ari, lulus?”
Tidak hanya dari temanku, wali kelasku dan guru
agamaku juga bertanya.
Aku hanya menjawab. “Belum rejeki, Alhamdulillah
‘ala kulli haal.”, “Belum rejeki buk, alhamdulillah ‘ala kulli haal.”
Teman
temanku dan guruku pun memberi semangat dan mengatakan bahwa in syaa Allah
rejekiku ada di tempat lain dan in syaa Allah juga lebih baik lagi.
Taufik pun bertanya padaku di chat antara kami
berdua. Aku menjawab bahwa aku enggak lulus.
“Kok bisa?” tanyanya
Wallahu A’lam,
Sebenarnya
aku pun tidak tahu mengapa. Tapi..aku coba selidiki hikmah dibalik semua ini.
Namun, aku hanya menemukan satu hikmah.
Waktu pendaftaran SNMPTN kemarin, aku
terlambat memasukkan KAP dan PIN bidikmisi ke laman SNMPTN. Jadi, kalau
misalnya aku lulus, kemungkinan besar aku harus bayar uang semester pertama dan
seterusnya sebesar Rp.8-10 jt, sementara kondisi keluarga saat ini...untuk
mencari uang sebanyak itu...belum ditemukan jalannya.
Aku bersyukur atas apa pun yang terjadi.
Memasuki
waktu maghrib, aku pergi shalat ke mushallah. Hatiku masih terasa tidak karuan.
Aku pulang ke rumah. Dalam hatiku berdoa agar Allah memberiku jalan dan
menghilangkan kegundahan yang ada dalam hatiku. Seperti biasa, sehabis maghrib,
aku membaca al-Quran di rumah. Aku pun duduk dan membacanya. Hingga....aku
bertemu dengan ayat yang membuat air mataku tak kuasa kubendung, air mataku
meleleh, hatiku bergejolak.
Wahai manusia! Sungguh, telah datang
kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada
dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. Katakanlah
(Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka
bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus:
57-58)
Aku
terharu dan tersentak dengan kata falyafrahuu “hendaklah mereka bergembira’.
Hatiku yang diliputi kabut gundah, seketika ada semangat untuk tersenyum. Air
mataku meleleh, aku tersedu dalam diam. Aku terus melanjutkan mengaji hingga
kutemukan lagi ayat yang membuat hatiku semakin bergejolak
Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada
rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang
beriman dan senantiasa bertakwa. (QS. Yunus: 62-63)
Wa
laa hum yahzanuun “dan mereka tidak bersedih hati”. Aku merasa semakin
tersentak sekaligus pucuk semangat semakin memekar. Alhamdulillahirabbil ‘alamiin,
Laa haula wa laa quwwata illa billah. Aku merasa itu adalah kode agar aku
jangan bersedih dan meningkatkan kualitas keimanan dan terus bertakwa serta
bertawakkal karena Allah lah yang mengetahui tentang kita, semenjak kita belum
terlahir di dunia ini lagi.
Aku
terus mengaji lalu selesai dan menunaikan shalat isya. Hingga, waktu terus
melangkah dan membawaku pada pemberhentian berikutnya, di kasur. Aku pun
berbaring dengan hati yang serasa disinari. Ada perasaan sedih sedikit, namun
juga semangat yang menyinari.
Dan...paragraf
ini ditulis pada hari Senin, 23 April 2018. Kini, perasaan gundah terhadap
SNMPTN telah menghilang walau belum sepenuhnya. Namun, aku memiliki motivasi
dan semangat untuk dapat meraih kesuksesan di SBMPTN. Pada hari-hariku setelah
pengumuman SNMPTN kemarin, banyak teman-teman bahkan guru-guru yang
menyemangatiku. Tentu hal ini men-charge semangatku.
“Tidak
apa-apa, kalau rezeki tidak akan kemana.”
Demikian
perkataan yang terlontar dari sebagian besar mereka yang menyemangatiku. Aku ‘kan
senantiasa berusaha.
Dengan
bismillah, in syaa Allah aku bisa. Dan, dengan bismillah, in syaa Allaah
teman-temanku bisa. Dengan bismillah, in syaa Allah kami bisa. Allahu Akbar!
Dumai, 19-23 April 2018
Arianto
Posting Komentar