Selasa, 19 Juni 2018
Assalamu’alaikum semua, Taqabbalallahu minna wa
minkum, mohon maaf lahir dan batin. Hari ini sudah memasuki lebaran ke-5.
Ya...pada kesempatan kali ini, aku hendak menceritakan pengalaman yang pernah
kukatakan pada pos sebelumnya, yaitu tentang UMPTKIN. Pada proses pra hingga
post UMPTKIN ini, benar-benar pengalaman yang luar biasa menurutku. Karena, aku
pergi sendiri dan pulang sendiri, tidak ada teman yang menemani, hanya Allah
yang kumohon agar memberikan petunjuk jalan dan membimbingku selama di
Pekanbaru. Baiklah, berikut kisahnya.
Ahad, 20 Mei 2018
Subuh bernafas, lalu berganti pagi seiring dengan
mentari yang bangkit dari berbaring. Jam mulai menunjukkan pukul 07.30 WIB.
Biasanya jam 08.00 WIB tiap hari minggu, aku pergi liqo’ YBM dengan
teman-teman. Aku pun me-WA Taufik.Rupanya Taufik sudah di masjid Habiburrahman.
Namun, entah mengapa aku merasa berfirasat bahwa hari ini tidak liqo. Jadi, aku
menunggu pesan dari Ustadz.
Jam menunjukkan pukul 8 lewat dan baru ada pesan,
ternyata hari ini memang tidak liqo’. Aku pun mengabarkan ke Taufik.
Aku kembali melanjutkan aktivitasku, browsing,
membaca, dan chatting. Hingga mentari merangkak naik, lalu meluncur ke Barat.
Seketika mentari melepaskan salam perpisahannya di bawah ufuk senja, raungan
sirine meraung-raung di seluruh penjuru kota Dumai dengan raungan terkeras
dipegang oleh sirine Kilang Pertamina RU II Dumai. Menjadi pertanda bahwa waktu
ifthar telah tiba. Aku sekeluarga pun berbuka, lalu shalat maghrib. Pada
malamnya, kami pergi shalat tarawih dan lanjut tadarus. Kemudian pulang dan
terlelap dalam malam.
Senin, 21 Mei 2018
Kami terbangun untuk sahur. Selepas sahur, aku
segera mempersiapkan segala sesuatu untuk dibawa hari ini. Aku membawa 2 tas.
Satu tas untuk buku dan yang satunya lagi untuk pakaian. Setelah selesai, azan
subuh pun berkumandang, aku dan ayahku pergi salat subuh ke mushallah,
Seperti pergiliran hari biasa, mentari merangkak
naik. Aku duduk di depan tv, namun tidak menonton tv. Sementara ayahku datang
dari kamar.
“Ari, benar-benar mau pergi?” tanya ayahku
meyakinkan.
“Iya lha, kan dah dibayar. Ari juga udah belajar,”
jawabku dengan yakin menandakan kesiapan tekadku yang membara.
Pukul 7 pagi lewat, aku pun berpamitan dengan ibuku
dan berangkat dengan ayahku mencari travel yang buka. Kami menyusuri Jalan
Sudirman dan menemukan satu tempat yang buka dan alhamdulillah ada tersedia
travel jurusan Dumai-Pekanbaru. Travelnya berangkat pukul 08.00 WIB
ya...seperti biasa, agak telat sedikit.
Setelah travelnya menjemput beberapa penumpang, aku
pun berpamitan dengan ayahku dan berangkat. Dalam hatiku, aku hanya memohon
perlindungan dan petunjuk kepada Allah, karena Allah selalu ada dimana saja aku
berada.
Pada awalnya, aku duduk di kursi belakang bersama
seorang bapak-bapak, kami bercerita, Beliau mengatakan bahwa temannya ada yang
punya kos-kosan yang dekat dengan UIN SUSKA. Setelah tiba di Bukit Kapur, aku
pindah ke kursi tengah, di tengah-tengah sepasang suami istri setelah istri dan
anak dari bapak-bapak di kursi belakang tadi masuk ke mobil. Aku merasa tegang
di tengah tengah sepasang suami istri ini, entah mengapa. :D
Ada kejadian yang cukup menegangkan awalnya, yaitu
ada pengendara motor dari jalur kanan yang berlawanan arah dari jalur kami,
malah masuk ke jalur kami sehingga mobil kami berhenti tiba-tiba. Ibu-ibu yang
berada di kananku langsung terbangun dari tidurnya, sedangkan aku sedikit
terlempar ke depan. Selepas kejadian itu, ibu-ibu tadi merasa agak mual, jadi
aku pindah ke sisi kanan, sehingga ibu-ibu tadi bisa dekat dengan suaminya.
Aku tiba di depan UIN Suska sekitar pukul 2 siang
melalui jalan Kubang Raya. Aku pun masuk ke gerbang UIN Suska dengan menyandang
2 tas. Berjalan kaki yang jauh,,,dan hanya sendiri dengan bermodal Bismillah.
Di tengah jalan masuk, aku berjumpa dengan seorang ibu-ibu dan anaknya yang
kulihat sedang memegang kertas, aku yakin itu kartu peserta UMPTKIN. Kami pun
bercerita, ternyata dia dari Bukittinggi. Waduh...jauh amat :D
Setelah cukup jauh kedalam, kami menemukan baliho
denah lokasi bersama pemberi informasi. Di sinilah kami berpisah. Karena dia
mengikuti CBT yang pasti agak jauh lokasinya dariku.
Aku melihat kartu pesertaku.102. Kulihat di denah
lokasi, ternyata ruang 102 di gedung L. Aku pun segera bertanya.
“Bang...mau nanya, gedung L di mana ya?”
“Oh, gedung L yang belakang Masjid, nanti ada
pertigaan, gedung L pas di pertigaan itu.”
“Oh, ok, terima kasih bang.”
Aku pun melangkah menyusuri jalan melingkar melewati
Masjid UIN Suska yang besar banget ini hingga tiba di pertigaan dan ketemu
gedung L. Aku pun segera masuk dan mencari ruang 102. Ketemu..!!
Aku mencoba masuk dan mencocokkan nomor peserta di
kartu dan di meja.
“Loh...kok angkanya besar-bear?”
Aku kaget karena angka yang tertempel di meja-meja
dan di kartu pesertaku terpaut jauh sekali dan gak ada yang sama. Aku panik,
namun aku tetap tenang.
“Pasti ada masalahnya ini.”
Aku coba teliti lagi kartu pesertaku.
“Astaghfirullah, oh iya, ini dia nomor ruangnya,
ruang IPS-31.”
Ternyata aku salah lihat, yang aku lihat 102 itu
adalah kode PTKIN. Aku pun kembali lagi ke denah lokasi di depan tadi. Berjalan
kembali dengan membawa beban 2 tas, lelah sih, apalagi puasa, namun karena
semangat, rasa berat itu seakan-akan terasa ringan. Aku pun bertanya kembali
kepada abang-abang tadi. Abang-abang tadi mengatakan bahwa ruang IPS-31 itu ada
di gedung D, setelah di beritahu letaknya. Aku pun tahu. Karena aku masih ingat
denah gedung A sampai D sewaktu SBMPTN kemarin. Aku pun segera ke gedung D,
ternyata gedung D bersebelahan dengan gedung A. Temanku, Tari, satu satunya
dari sekolahku yang ikut UMPTKIN ada di gedung A. Aku pun mengecek ruangan satu
persatu dari lantai bawah. Hingga aku tiba di lantai 3 di sudut kiri depan,
tertulis ruangan IPS-31, aku masuk dan menemukan kursiku, ya, tepat di depan
pintu...di sudut kanan depan. Kalau di ingat ingat, pada SBMPTN, kursiku malah
di tempat paling sudut dan jauh dari pintu, berbanding terbalik dengan kondisi
kini :D
Hufftthh, lega sedikit. Aku pun bersukur bisa
menjumpai kursiku, setelah keringat mengucur menemaniku berjalan. Sesaat
kemudian, aku pun kembali turun dan melangkah ke masjid, karena sebentar lagi
waktu ashar.
Setelah shalat ashar aku pun pergi melangkah keluar
UIN Suska. Di tengah jalan, aku bertemu abang-abang yang memberi informasi
tadi.
“Ketemu ruangannya dek?”
“Alhamdulillah ketemu.”
“Oohh, hmm, itu barang-barangnya enggak dititip di
sini aja? Soalnya berat nampak.”
“Enggak apa-apa bang, udah mau pulang juga,” ujarku.
“Hmm, ok lha, takutnya kan berat gitu bawa ke
sana-sini,” ujar abang tersebut.
Aku hanya tersenyum lalu melangkah menjauh. Setelah
sampai di gerbang UIN Suska. Aku melangkah ke pertingaan, di tepi jalan
Soebrantas, aku bingung, karena aku tidak tahu di mana aku harus menginap
semalaman,aku tidak tahu kemana aku harus melangkah, apakah ke kiri atau ke
kanan, bahkan aku tidak tahu apa yang ada di kiri dan di kanan sana. Aku pun
berdo’a kepada Allah agar menuntunku ke tempat yang terbaik, ke arah mana yang
baik. Tiba-tiba aku melangkah ke kanan. Bismillah, aku pun melangkah ke kanan.
Tidak jauh melangkah, aku melihat ada masjid kecil,
entah mengapa hatiku terpaut ke sana dan aku merasa bahwa disinilah aku akan
bermalam, namun aku terus melangkah hingga ke SPBU. Aku pun beristirahat
sejenak di mushallah SPBU dan berniat untuk bermalam disini. Aku ditelpon orang
tuaku dan bertanya di mana posisiku. Aku bilang bahwa aku di mushallah SPBU dan
berniat untuk bermalam di sini. Namun, orang tuaku tidak setuju, pamanku
juga,mereka mengatakan bahwa itu SPBU besar, banyak orang pendatang yang bisa
ada di mushallah itu, bisa-bisa ada yang macam-macam denganku, memalak atau
apapun itu. Aku pun merasa lain di hati sih. Seakan-akan ada firasat apa
...gitu. Aku pun menuruti perintah orang tuaku untuk mencari penginapan atau
masjid lain. Karena, biasanya kalau orang tua berfirasat lain, biasanya ada
apa-apa juga, dan ridha Allah, ridha orang tua
juga. Aku pun membeli roti, kurma dan minuman dulu di supermarket SPBU
(Aku tidak tahu apa ini namanya). Setelah itu, aku kembali melangkah kembali ke
arah UIN Suska.
Hari menjelang maghrib, orang-orang juga ramai di
sisi kiri dan kanan jalan untuk membeli takjil. Aku sedikit dibaluti sedih,
namun aku terus melangkah. Kulihat disis kiri, ada masjid kecil yang
sebelumnya. Aku pun mendekati 2 orang abang-abang yang duduk di teras masjid.
Aku pun mengucapkan salam dan bertanya siapakah pengurus masjid ini. Ternyata
abang-abang itu yang merupakan pengurus masjid. Aku pun mengutarakan maksud
tujuanku untuk bermalam di masjid yang kuketahui bernama masjid Al-Muslimun
ini. Abang itu mengizinkan. Setelah abang-abang itu pergi ke suatu tempat,
datang pula ibu-ibu yang sudah cukup tua yang aku merasa bahwa mereka adalah
ibu dari abang-abang tadi, yang datang dari sebuah rumah kayu yang tak jauh
dari masjid. Aku pun mengutarakan maksud tujuanku, ibu tadi pun mengizinkan.
Maa syaa Allah, entah mengapa mataku berbinar-binar.
Aku pun duduk sejenak di teras, ibu tadi menyarankan
untuk membawa barang-barangku masuk. Aku pun masuk ke dalam masjid dan mencari
tempat yang nyaman. Kemudian aku pergi ke kamar mandi, lalu berwudhu dan
kembali ke masjid dan membaca al-qur’an menunggu waktu berbuka.
Tiba-tiba ibu tadi datang dengan membawa
sepiring...pecal bisa dibilang, dan...segelas es sirup jeruk.
“Aduh, tidak apa-apa buk, terima kasih,”
“Sudah, tidak apa-apa ambil aja,” ujar ibu tadi
dengan lembut.
“Terima kasih ya buk,” ujarku.
--Jazakumullahu khairan--, aku merasa tersentuh.
Azan maghrib berkumandang, aku pun minum lalu shalat
maghrib. Setelah shalat maghrib, aku pun makan pecal tadi.
Setelah makan, aku mengembalikan piring dan gelas ke
sebuah rumah kayu yang tidak jauh dari masjid tadi. Ada ibu tadi bersama
anaknya. Aku pun mengucapkan terima kasih dan meminta maaf karena merepotkan.
“Tidak kok, tidak apa-apa,” ujar beliau.
Kami pun bercerita. Aku pun tahu bahwa nama beliau
adalah Bu Opet, dan abang yang tadi
namanya bang Rian dan bang Adi. Dan ada satu anak dari Bu Opet yang juga
mengikuti UMPTKIN tapi aku tidak tahu yang mana. Sebelumnya, aku telah
mengatakan kepada Bu Opet bahwa namaku adalah Ari.
Aku pun pamit untuk ke masjid kembali setelah itu,
aku shalat isya lalu lanjut shalat tarawih dan witir. Setelah itu, aku pun
menepi ke tempat tasku untuk tidur. Aku mengambil kainku.
Namun, beberapa jam aku belum tertidur karena ada nyamuk
yang mengiang-ngiang di telinga. Aku pun mengambil handuk untuk menutupi
kakiku, sedangkan kainku kututupin badan hingga kepala, baru lah aku bisa
tertidur dengan tenang :D
Selasa, 22 Mei 2018
UMPTKIN: Wallahu ‘Ala Kulli Syai-in Qadir
Mataku terbuka, sembari telingaku menangkap air
hujan yang terjun menyentuh bumi. Ia basuh bumi hingga bumi harum semerbak
alami. Kusibak kainku dan kudapati Buk Opet membangunkan anaknya dari luar
masjid. Ya..ada salah satu anak Bu Opet yang tidur di masjid juga, namun
posisinya agak jauh dariku. Abang itu pun terbangun lalu membuka pintu.
Kulihat jam tangan, ternyata sudah jam 4 lewat, aku
segera mengambil roti dan air untuk sahur. Namun sementara aku makan, buk Opet
datang membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya.
“Aduh, tidak apa-apa buk, ini saya lagi makan roti,”
“Tidak apa-apa makan aja lah,” ujar ibu itu sembari
tersenyum.
“Terima kasih buk,”
Dalam hatiku, tak henti-hentinya aku bersyukur
kepada Allah dan mendo’akan untuk Bu Opet sekeluarga, karena Allah lah pemberi
balasan yang terbaik. Semoga bu Opet dan keluarga mendapatkan rahmat, rezeki,
dan kesehatan serta balasan yang lebih baik dan berlipat ganda, Aamiin yaa
rabbal ‘alamiin.
Aku bingung mau bilang gimana dan balas gimana,
karena aku sedikit speechless. Bu Opet dan keluarganya baik banget. Aku bahkan
merasa seperti ada di tempat saudara jauh.
Aku pun makan dan mengembalikan piringnya serta
mengucapkan terima kasih banyak. Lalu, shalat subuh pun masuk, setelah shalat
subuh, aku berbaring sejenak. Bang Rian dan Bu Opet juga ada di masjid. Bu Opet
sedang berbaring di belakang, di shaf perempuan.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi dan aku sudah
bersiap-siap, aku ingin berpamitan, namun Bu Opet maupun Bang Rian masih
tertidur. Aku segan untuk membangunkan mereka. Aku bingung apakah aku harus
pergi atau menunggu salah satu mereka bangun.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB, namun mereka
belum bangun. Aku ingin berpamitan dan mengucapkan terima kasih banyak, tapi
gimana. Aku pun berdo’a kepada Allah agar Allah menyampaikan ucapakan terima
kasihku dan salamku kedalam hati Bu Opet dan keluarga.
Bismillah...
Aku pun melangkah keluar masjid dan memakai sepatu.
Aku merasakan suasana pagi ini berbeda banget dengan
suasana SBMPTN kemarin. Jika SBMPTN kemarin aku panik, pagi ini aku merasa
tenang banget dan aku merasa aku sedang berada di kampung, alami dan menyatu
dengan alam.
Aku pun melangkah menuju UIN Suska yang terletak
tidak jauh dari masjid Al-Muslimun ini. Selama perjalanan aku berdo’a dalam
hati, semoga Allah beri kemudahan kepadaku. Setelah sampai di depan gerbang UIN
Suska, aku segera berjalan masuk dan terus berjalan hingga ke gedung D.
Setelah aku meletakkan tas, aku kembali turun dan
pergi menuju ke gedung A, tempat Tari, temanku, karena tadi malam aku telah
me-WA nya bahwa aku ingin meminjam power bank miliknya sebab Hpku sudah mati
saat. Kalau Hpku tidak hidup, bagaimana aku bisa menelpon orang tuaku dan juga
menelpon travel?
“Kak, ruang IPA yang mana ya?”
“Ruang IPA yang mana?”
“Ruang IPA yang mana aja kak, soalnya ada teman saya
dia ikut UMPTKIN juga, dia ambil IPA dan katanya dia di gedung A.”
“Ohh, ruang IPA yang dua itu,” ujar kakak itu sambil
menunjuk ke arah 2 ruangan yang terletak di sisi kanan lantai bawah gedung.
“Ok, terima kasih ya kak.”
Aku pun mengecek satu satu ruangan tersebut, tapi
tidak kutemukan Tari.
“Ada dek?”
“Gak ada kak.”
“Oh, mungkin dia belum datang.”
“Kayaknya iya kak, terima kasih ya kak.”
Aku pun berjalan keluar gedung A dan menunggu di
parkiran, mungkin aku akan menemukan Tari.
Jam menunjukkan pukul 7 lewat, aku segera kembali ke
gedung D setelah lama menunggu dan hasilnya nihil. Aku pun duduk di kursiku dan
mempersiapkan peralatan ujian dan berkas-berkas yang diperlukan, yaitu papan
ujian, pensil, penghapus, pena, kartu ujian, kartu identitas, dan Surat
Keterangan Lulus. Setelah lengkap, kuletakkan di atas meja dan kuletakkan tas
di samping kursiku. Aku duduk sambil berdo’a memohon kemudahan dalam ujian dan
kemudahan hingga aku kembali ke Kota Dumai nanti.
Jam menunjukkun pukul 07.30 WIB, pengawas sudah
masuk ruangan dan menyuruh untuk meletakkan tas-tas di depan ruangan dan jam
tangan tidak boleh di pakai. Aku segera melepas jam tangan dan memasukkannya ke
dalam tas sekligus meletakkan kedua tasku ke depan ruangan. Pengawasnya terdiri
dari seorang bapak-bapak dan seorang ibu-ibu.
Tes pertama dimulai, tes pertama ini adalah tes
Matdas,Kebahasaan (Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Arab), dan
Keagamaan (Fiqih, Aqidah Akhlak, Tarikh, Al-Qur’an Hadits) yang digabung
menjadi satu.
Pada tes ini aku kosongkan 15 soal, karena kabar
dari UMPTKIN sebelumnya bahwa ada poin pengurangan nilai bagi jawaban yang
salah, namun tidak tahu untuk tahun ini, untuk mengantisipasinya, kukosongkan
saja.
Istirahat pun tiba dari jam 09.45-10.15 WIB. Aku
segera turun dan melangkah ke gedung A. Alhamdulillah aku menemukan Tari di
ruang IPA. Aku segera masuk dan meminjam power banknya.
“Ari bawa kan kabelnya?”
“Alhamdulillah bawa,”
Kami pun berjalan keluar ruangan untuk bercerita
sejenak. Setelah jam 10.00 WIB kami kembali ke ruangan kami masing-masing. Aku segera
mengecas HPku dan Alhamdulillah terhubung.
Jam menunjukkan pukul 10.15 WIB, pengawas masuk dan
dimulai sesi IPS. Pada sesi ini terdiri dari soal MTK 10 soal dan IPS 20 soal.
Namun, soal IPS di luar dugaannya, semua soalnya berupa analisis. Berbeda
dengan soal SBMPTN. Namun, alhamdulillah dapat kuisi semua walau belum tentu
itu benar.
Aku terus mengisi sementara yang lain sudah banyak
yang mengumpul. Dan....seperti biasanya...aku menjadi pengumpul yang
terakhir....seperti olimpiade kemarin. Karena aku tidak ingin menyianyiakan
waktu yang tersisa.
Aku pun bersalaman kepada pengawas dan keluar menuju
kantin gedung D. Aku segera menghidupkan HP dan menelpon orang tuaku bahwa aku
telah selesai ujian. Pamanku menelponkan travel untuk menjemputku pulang dan
travel itu datang jam 2 siang nanti.
Waktu zuhur sebentar lagi masuk, Aku segera
melangkah ke masjid untuk menunaikan shalat zuhur berjamaah. Setelah shalat
zuhur, ternyata ada ceramah singkat. Aku pun duduk untuk mendengarkan hingga
selesai. Setelah selesai aku keluar menuju gerbang UIN Suska dan menunggu di
sana.
Di sini aku bertemu dengan Adly, peserta UMPTKIN
yang berasal dari Indragiri Hulu. Aku sempat meminta FB nya :D
Setelah travelnya datang, aku berpamitan ke Adly dan
masuk ke travel lalu berangkat. Sebelumnya kami berangkat ke konter travelnya
dulu untuk membayar uang travel.
“Mahasiswa dek?” tanya ibu-ibu penjaga konter.
“Calon Mahasiswa, in syaa Allah,” jawabku dengan
senyum
“Oohh, Rp.110.000 aja,” ujar ibu itu dengan
tersenyum.
Setelah semua penumpang hadir, kami pun masuk
kembali ke travel dan berangkat ke utara, menuju Kota Dumai yang kurindukan.
Travel kami melaju bersama waktu, sekalian mentari
merunduk menyibak senja merah yang mengantarkan hangat di pelataran qalbu.
Waktu maghrib hampir tiba, kami berhenti sejenak di Kota Duri untuk membeli
takjil..hmmm..es buah dan gorengan. Hanya sekadar pembuka sebelum makan nasi di
Rumah Makan nantinya, takutnya tidak terkejar.
Kulihat Hpku, ada notifikasi dari aplikas ‘Athan’
bahwa waktu maghrib sudah masuk. Dan, pak supirnya juga mendapat telpon dari istrinya kalau
waktu berbuka sudah tiba. Kami pun berbuka di mobil.
Tak berapa lama kemudian, kami tiba dirumah makan,
aku pun memesan makanan. Karena aku suka ikan bakar, aku pun memesannya.
Setelah makan, aku shalat maghrib sebentar lalu membayar dan pergi menuju
mobil, dimana semua penumpang sudah menunggu di mobil. Kami melanjutkan
perjalanan.
Kucoba perkiraan waktuku sampai di rumah,
kemungkinan jam 8 malam lewat.
Palang Selamat Datang Di Kota Dumai membuat lega
hatiku. Kami memasuki Kec. Bukit Kapur, lalu Bagan Besar, Bukit Jin, dan
memasuki Pelintung. Kami memasuki kel. Tanjung Palas dari arah Pelintung (dari
arah Selatan Dumai) melewati Jalan Siliwangi, lalu lanjut ke Jalan Sriwedari
Ujung. Dan akhirnya aku tiba di depan Jalan Juwita. Aku pun turun di sini.
Karena, kalau turun di Jalan Kemuning, kemungkinan mobilnya bisa terperosok
karena jalanannya berlumpur.
“Eh, bang Ari..darimana bang?” Aku langsung disambut
Ridho, tetanggaku yang tengah bermain sebelum shalat tarawih.
“Dari pekanbaru,” ujarku.
Aku pun berjalan kaki memasuki Jalan Juwita yang
sepi sambil menyandang 2 tas. Kulihat langit yang penuh bintang. Alhamdulillah,
aku tiba kembali dengan selamat. Aku pun terus berjalan hingga masuk Jalan Kemuning
dan memasuki gang rumahku dan tiba di depan rumahku.
Rumahku terkunci, karena ortu sama adik-adikku pergi
tarawih, namun kunci ada ditinggalkan ortuku. Bismillah...aku membuka pintu dan
masuk ke rumah, lalu segera ke kamar. Alhamdulillah...Terima Kasih Yaa
Allah...aku pun tiba kembali dengan selamat. Allah lah yang menuntunku semenjak
aku pergi hingga kembali
--The
End--
Alhamdulillah selesai juga kutulis :D Btw, sekedar
cerita, aku menulis cerita ini tadi pagi jam 7-an, sampai jam 9, lalu tertidur
dan baru kulanjut setelah zuhur sampai sekarang, jam 2 siang lewat.
Pengalaman UMPTKIN ini benar-benar pengalaman yang
luar biasa bagiku, karena aku pergi dan pulang sendiri, kemudian setelah
disana, aku hanya memohon kepada Allah untuk menuntunku, dan ternyata Allah
menuntunku untuk bertemu Bu Opet yang baik. Wallahu ‘ala kulli syai-in qadir :’)
Jadi banyak hikmah yang dapat dipetik dari
pengalamanku ini, yaitu hikmah bertawakkal, bekerja keras dan bersungguh-sungguh,
dan yang lainnya.
Sekarang tinggal menunggu pengumumannya. Jika SBMPTN
pada 3 Juli 2018 nanti, UMPTKIN pada tanggal 10 Juli 2018 nanti.
Bismillahirrahmanirrahiim, semoga Allah memberikan
yang terbaik untuk kita. Aamiin (^_^)
Dumai, 19 Juni 2018
Arianto
Posting Komentar