-Ari’s View-
Pliingg
Sontak aku
memalingkan kepala ke arah sumber suara. Aku mendengar ada benturan antara
benda keras dan kaca, asalnya dari kaca kamar mandi yang berbatasan langsung ke
dunia luar di arah timur.
“…”
Aku hanya diam,
tak berkutik, masih terduduk di posisi yang sama di atas karpet yang menghantarkan
rasa hangat di sela-sela kakiku. Memang sedikit horror, namun bagaimanapun, aku
telah mengalami hal seperti ini dari kecil.
Di kos, aku hanya
seorang diri. Fredi sedang pergi keluar. Rencananya aku ingin mengerjakan tugas
laporan, tetapi aku merasakan hal aneh yang membuatku mager menulis. Namun, tetap kutarik tasku dan kukeluarkan
berlembar-lembar kertas untuk mengerjakan laporan. Alhasil, aku pun tertidur
karenanya.
***
Mataku
terbelalak, lalu dengan sigap kutarik HPku dan kulihat jam berapa sekarang.
“Bentar lagi subuh,”
Aku pun
melanjutkan mengerjakan laporan hingga azan subuh memanggil. Aku pun
membangunkan Fredi yang telah ada di atas kasur untuk shalat subuh. Detik demi
detik berlalu hingga mentari pagi masuk melalui celah jendela yang ada di kamar
mandi. Aku masih mengerjakan laporan, sementara itu Fredi terduduk dan
menatapku dengan biasanya.
Aku merasa bahwa
dia ingin mengatakan sesuatu, dan benar saja, dia pun mulai berbicara.
“Ari, aku mau
cerita sesuatu sama kau.”
“Cerita apa?”
“Kau ada
narik-narik selimut aku?”
“Hmm..gak ada
doh.”
“Serius?”
“Iya.”
“Tadi malam aku
merasakan sesuatu yang aneh loh.”
Raut wajah Fredi
berubah dan dapat kudeteksi ada aura ngeri dari dalam pelupuk matanya.
“Aneh apanya?cerita
lah.”
-Fredi’s View-
Malam itu, aku
baru saja pulang. Lelah, pasti. Ketika kubuka pintu kos, kudapati Ari sedang
tertidur dengan ditemani kertas-kertas. Ya..memang dia agak sibuk, banyak
laporan yang harus dia kerjakan. Dan sebagai manusia, dia pun lelah dan
nalurinya untuk tidur pun keluar.
Aku melangkah
masuk dan langsung tepar di atas kasur. Dengan ditemani ponselku, aku membuka sosial
media sejenak. Namun tanpa sadar, aku tenggelam dalam kegelapan.
.
.
.
“Apa ini?”
Aku merasakan
sesuatu seperti meraba diriku. Selimut yang kugunakan untuk menutupi tubuhku
seperti ditarik.
“Mungkin Ari yang narik karena kedinginan,” hiburku pada diriku.
Tiba-tiba, mampu
kurasakan dengan nyata, ada seseorang yang mencubit lenganku, jelas..jelas
sekali. Terasa ingin kuteriak.
“Ada yang tidak beres!”
Aku ingin
melihat sebenarnya apa yang terjadi, namun jantungku berdegup demikian
dahsyatnya ditambah lagi persepsi paranoid yang membungkam gerakanku membuatku
tetap bertahan di dalam selimut sambil terus berdo’a.
Setelah keanehan
itu sedikit berhenti, aku memberanikan diri untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi. Dengan degup jantung yang masih kencang, kukeluarkan kepalaku dari
selimut dan kudapati tidak ada siapa-siapa, ada Ari, namun dia tertidur. Aku
lantas terus beristigfar dan mencoba tidur kembali dan sebelumnya membaca do’a
terlebih dahulu.
Untuk
antisipasi, kuletakkan tanganku di bahu Ari agar apabila keanehan itu terjadi,
aku bisa menepuk Ari dan membuatnya terbangun. Sekian lama akhirnya aku pun
kembali tertidur
-Ari’s View-
Aku sedikit
merinding juga mendengar apa yang diutarakan Fredi. Dan ini semakin memperkuat
hipotesisku bahwa ada yang tidak beres di kosku ini. Sebelumnya Fredi juga
pernah bercerita mengenai pengalamannya pertama kali sampai di kos ini, yaitu
dia mendengar suara wanita menangis. Sementara itu, kesan pertamaku ketika sampai
di kos ini juga terasa aneh. Ketika pertama kali aku tiba, aku merasa aura kos
ini gelap. Oleh karena itu, sebelum aku pindah bersama dengan Fredi, aku
menyuruh Fredi untuk membaca Al-Qur’an di kos ini terlebih dahulu.
“Ok lah ri, aku
duluan ya ke kampus.”
“Ok, hati-hati
fred.”
Fredi yang
jadwalnya hari ini jam 8 pagi pergi ke kampus duluan, sementara itu jadwalku
jam 1 siang, jadi aku berencana berangkat sekitar jam 11 siang.
Seperti biasa,
kulanjutkan laporanku. Awal-awalnya masih biasa, namun entah mengapa tiba-tiba
aku merasakan tubuhku panas dingin. Aku bisa merasakan tubuhku melepaskan panas
disertai dengan menggigil. Aku juga merasakan ada kedutan di beberapa daerah
pada tubuhku.
“Ari…ke sana…”
Aku merasakan
ada hasutan yang menghasut ke dalam hatiku.
“Astaghfirullah!”
Aku mencoba
bertahan. Ini sesuatu yang tidak beres.
“Sepertinya aku
harus ruqyah.”
Aku pun
mengambil air wudhu, lalu shalat dhuha, shalat taubat, dan di lanjutkan dengan
ruqyah.
Aku pun
mendekatkan kedua telapak tanganku ke mulut dan mulai membaca al-fatihah.
Sembari membaca, aku merasakan tubuhku bereaksi dengan aneh, semacam kedutan
dan getaran serta panas dingin. Setelah selesai al-fatihah, kutiupkan pada
telapak tanganku dan kusapu ke seluruh tubuhku. Lanjut membaca Ayat Kursi.
Dengan
mendekatkan telapak tangan ke mulut, aku pun mulai membaca ayat kursi. Ketika
pertengahan ayat, dalam kondisi mataku tertutup, aku melihat diriku berada di
tempat yang gelap. Tidak. Tidak sepenuhnya gelap. Aku melihat diriku sedang
duduk dalam posisi yang sama dengan posisiku saat ini dan aku melihat diriku
seperti dilingkari oleh api. Di luar lingkaran api itu, aku melihat semacam
makhluk aneh. Dia memiliki bentuk yang aneh. Warananya merah, dia berdiri
tegak, dan ada semacam belalai atau tentakel pada sebelah kiri dan kanan
wajahnya. Dia menatap ke arahku yang sedang duduk di dalam lingkaran api itu.
Aku pun lantas membuka mata dan bayangan batin itu pun sirna. Setelah selesai
ayat kursi, kusapukan pada tubuhku dan lanjut ayat yang lain hingga ruqyahku
selesai.
Setelah selesai,
dengan segera aku mengambil HP dan men-chat
Fredi
Fred, sepertinya kita harus khatamkan Al-Baqarah
Ha? Kenapa?
Ana merasa ada yang tidak beres
Oh ok, nanti malam kita baca Al-Baqarah sama-sama
To
be continued…
Posting Komentar