ARIANTOTLE

Rabu, 29 November 2023

Mawar & Cahaya


Siapa aku? Mengapa aku berada di sini dan apa tujuanku? Apa kebenaran dari dunia ini? Dimana kebahagiaan itu tersimpan?


Pertanyaan demi pertanyaan terus menghantuiku. Aku merasa, setiap perjalanan hidupku hanya untuk membuka gerbang satu pertanyaan ke pertanyaan lain. Seperti sesuatu sedang mempersiapkanku untuk membuka gerbang pemahaman yang lebih mendalam dari sebelumnya.


Aku terus bertanya tentang diriku dan kehidupan. Aku teringat dalam setiap fase perjalanan hidupku dari kecil hingga sekarang aku menemukan fase-fase yang berbeda. Sedari kecil aku selalu takjub pada bumi dan apa yang ada di atasnya. Aku takjub pada berbagai bentuk awan, pada laut yang pasang surut, pada angin yang selalu berubah arah. Lalu kupandang langit malam dan aku pun takjub pada bintang-bintang yang berkelip, pada planet-planet yang bersinar indah, pada bulan dan setiap fasenya, pada gerhana yang menakjubkan.


Lalu aku menemukan bahwa aku memerlukan pengetahuan untuk memahami ini semua dan sesuatu berkobar dahsyat dalam diriku untuk meraih pemahaman itu. Hingga semesta membawaku ke arah itu. 


Ketika SMP, takdir membawaku untuk menyelami bumi dan manusia melalui kegiatan OSN IPS yang berhasil mengantarku hingga tingkat nasional meski tak meraih medali. Namun meski hati kecilku bersedih karena tak meraih medali yang indah itu, tapi aku menemukan kenyataan bahwa setiap pengalaman itu membawaku pada pemahaman yang lebih utuh tentang bumi dan manusia. Aku menemukan hal-hal yang tak terpikirkan, namun aku menyukainya. Aku bertemu dengan orang yang lebih expert dariku dan itu membuatku terus belajar.


Kemudian tali takdir menarikku ke langit melalui kegiatan OSN Astronomi ketika SMA dan ini membuatku takjub pada betapa sistematisnya pergerakan benda langit dan mereka tunduk pada suatu hukum fisika. Aku takjub pada betapa kecilnya diriku dan keseluruhan manusia di hadapan luasnya semesta. Aku merasa bahagia menemukan pengetahuan ini. 


Tapi benarkah aku bahagia?


Sesuatu di dalam diriku bergema, lalu berkobar lebih dahsyat, seakan yang aku temukan hanya api pada lilin, aku belum menemukan sumber api yang menyalakan lilin itu. Mungkin aku telah menemukannya, namun aku tak menyadarinya. 


Sesuatu lebih dahsyat dan lebih indah menanti untuk ditemukan


Aku kembali meneliti dan belajar. Semakin aku belajar, semakin kusadari ada pengetahuan yang tak berasal dari alam panca indra. Bayangnya bisa dilihat di akal, tapi aku ingin melihat kebenaran dari bayangan itu, seakan-akan semua yang kupelajari sebelumnya hanya mempelajari bayangan. Aku ingin melihat mawar, bukan bayangannya.


Lalu aku menyadari bahwa ada potensi di dalam diriku dan manusia seluruhnya yang di zaman ini sedikit sekali diasah, atau mungkin tak dihiraukan? Suatu potensi untuk melihat mawar bukan bayangannya, melihat sesuatu jauh dibalik yang dapat ditangkap panca indra. Pengetahuan yang bersifat holistik, bukan parsial. Pengetahuan yang dapat melihat bayangan persegi panjang dan lingkaran dari dua sudut pandang sebagai bangun ruang tabung. 


Aku merasa, pengetahuan ini dapat ditangkap melalui hati. Dan aku yakin hanya hati yang bersih yang dapat melihat pengetahuan ini dengan lebih jelas. Seperti cermin, hanya jika cermin itu bersih maka akan terlihat jelas apa yang ada di depannya.


Dan ini salah satu permasalahannya. Berapa sering pendidikan saat ini menekankan pada aspek pembersihan hati dalam meraih pengetahuan? Seakan dunia saat ini hanya melihat dari satu mata, mata yang melihat ke dunia luar. Bagaimana dengan satu mata lagi yang melihat ke dalam diri dan menembus diri itu sendiri untuk menemukan kebenaran yang nyata?


Dan hal ini menyadarkanku, bahwa pengetahuan yang selama ini kupelajari, yang membuat sesuatu dalam diriku berkobar, pengetahuan tentang bumi, manusia, hingga langit justru membawaku untuk mempelajari diriku sendiri, seakan-akan seluruh pengetahuan itu mengkristal dalam diriku, bukan hanya diriku, tapi masing-masing manusia. Aku pun menyadari bahwa keberadaanku dan manusia seluruhnya adalah untuk belajar dari dua arah, ke arah luar dan ke arah dalam diri, lalu menemukan sesuatu di balik itu dengan penjernihan cermin hati. Dan dengan itu mawar yang sebenarnya dapat ditemukan.


Perjalanan hidup terus membawaku untuk menyelami luasnya semesta dan diri sendiri. Aku terus berjalan untuk menemukan mawar yang kucari. Hingga saat aku di akhir perkuliahan ini, semesta membuka pintu kehidupan dan kematian, dan seketika mawar muncul di sana. Aku bahkan menemukan kebun mawar dalam saat-saat penelitianku. Namun meski telah kutemukan mawar itu, aku tetap merasa sesuatu dalam diriku bergejolak hebat, seakan bukan itu yang sebenarnya aku inginkan. 


Gejolak itu lambat laun menghilang, sinarnya padam. Dan aku merasa diliputi kegelapan dan mawar yang kutemukan tak tampak di mata. Kini, kusadari bahwa keberadaanku di bumi ini adalah untuk menemukan sumber cahaya yang menjadikan mawar itu hidup dan tampak di mata. Dan aku menyadari bahwa gejolak dalam diriku sebelumnya adalah bagian dari cahaya itu, dan cahaya itu bukan milikku, tapi sumber cahaya. Dan juga hanya dengan menghadap lurus ke sumber cahaya, cermin hati dapat bersinar dan menyinari sekitarnya. 


Kenyataan ini menyadarkanku bahwa aku tak memiliki apa-apa, bahkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya bukan karenaku dan bukan milikku. Dan aku bukanlah apa-apa tanpa keberadaan cahaya. Kini kusadari, bahwa alasanku berada disini, tujuanku, dan kebahagiaanku, adalah menemukan dan terus menghadap ke sumber cahaya hingga aku bersinar dan mampu menyinari sekitarku dengan cahaya dari sumber cahaya.

Post a Comment