Kamis, 28 Maret 2024
Hi guys, how are you?
Sebelumnya, selamat menyambut bulan suci Ramadhan. Semoga Allah SWT menerima segala amal baik yang kita lakukan di bulan yang penuh berkah ini, aamiin allahumma aamiin.
Oke, di postingan sebelumnya aku bilang kalau aku akan menceritakan tentang hal-hal yang terjadi di tahun 2023 kemarin, dan pada kesempatan kali ini aku akan menceritakan hal yang paling berbekas di tahun kemarin. Apa itu?
Awal Januari 2023
Aku baru saja kembali dari Desa Pulau Jambu di Kampar bersama dengan temanku, Oka, dari mengambil jeruk kuok yang akan kugunakan untuk penelitian. Alat dan bahan yang akan digunakan juga sudah disiapkan, tinggal eksekusi. Ketika tiba di daerah Bina Widya, Pekanbaru, telponku berdering dan kulihat, ternyata ibuku.
"Ari, Bapak masuk ICU."
Hanya itu yang kuingat. Akhir bulan Desember 2022 kemarin ayahku tiba-tiba sakit, dan awal bulan ini aku ke Pekanbaru untuk memulai penelitianku. Waktu itu, aku berpamitan dengan ayahku yang masih berada di rumah.
"Do'akan Bapak cepat sembuh ya Ri," ujar Ibuku dengan nada lemah.
"Iya, Ma," jawabku.
Kami pun tiba di Lab Bioteknologi ketika sore hari untuk mengantar jeruk yang sudah kuambil. Dan kuupayakan agar mulai penelitian secepatnya. Sebenarnya aku bimbang, apakah aku pulang ke Dumai aja atau kukerjakan penelitianku terlebih dahulu. Tapi aku putuskan untuk memulai penelitianku terlebih dahulu karena penelitianku ada 2 tahap, inisiasi dan subkultur dimana ada jeda 2 minggu, jadi aku akan langsung mulai inisiasi dulu baru pulang ke Dumai.
Selang beberapa hari, aku pun memulai inisiasi yang berlangsung beberapa hari. Tahap inisiasi ini adalah aku mengupas 2 lapisan biji jeruk yang akan kutanam dalam botol kultur yang berisi media penuh nutrisi untuk kultur jaringan tanaman bernama media MS (Murashige and Skoog). Ada sekitar 5 kg jeruk yang akan kutanam, sementara untuk 1 hari aku hanya bisa menanam 10-16 botol kultur masing-masingnya berisi 3 biji jeruk. Dan beberapa hari itu juga ibuku selalu bertanya kapan aku pulang mengingat kondisi ayahku masih belum pulih dan berharap kondisi ayahku bisa lebih membaik jika melihat aku ada di dekatnya.
"Tunggu jeruk ari sudah ditanam semua ya Ma," jawabku.
Namun, pada satu hari, aku mendapat firasat aneh yang menyuruhku untuk segera pulang dan membacakan ayat-ayat al-Qur'an pada ayahku. Firasat ini berlangsung hampir seharian hingga pada keesokan harinya, aku berpamitan kepada Kak Iif, laboran Lab Bioteknologi, bahwa aku akan pulang ke Dumai sebentar dan menyimpan jeruk yang masih belum selesai kutanam di dalam kulkas. Sebenarnya masih banyak jeruk yang belum kutanam, namun firasat yang kurasakan ini membuatku lebih mementingkan untuk pulang daripada penelitianku.
Keesokan harinya, jam 08.00 WIB aku pulang ke Dumai menggunakan Bus dan tiba di Dumai jam 11-an. Oomku sudah menunggu di tempat penurunan untuk menjemputku dan kami langsung pergi ke RSUD Kota Dumai. Aku beruntung tiba jam 11-an karena ini adalah jadwal diperbolehkan untuk menjenguk, jadi aku bisa langsung menemui ayahku.
Aku tiba di RSUD dan mengikuti oomku hingga tiba di bagian ICU dan pada salah satu gedung kami naik ke lantai 2. Ada beberapa orang yang sedang duduk di atas beberapa tikar yang tergelar, mereka adalah keluarga pasien yang berada di ICU, dan ada ibuku dengan beberapa barang di dekatnya. Aku langsung menyalami ibuku dan bersama ibuku kami langsung masuk ke ICU, tidak lupa memakai masker.
Aku menemui ayahku yang terbaring di atas ranjang dengan banyak alat-alat di sekitarnya. Ayahku yang melihat aku datang langsung tersenyum dan dengan bahasa isyarat seakan bertanya kapan aku datang. Ibuku pun menjawab bahwa aku baru aja sampai dan langsung ke sini.
Aku dan ibuku memijat badan ayahku beberapa saat kemudian aku pun mulai membacakan ayat-ayat al-Qur'an terutama ayat syifa kepada ayahku, di bagian ubun-ubun, dada, dan beberapa bagian tubuh sesuai dengan firasat yang sebelumnya aku rasakan. Aku pun memberikan semangat kepada ayahku, in syaa Allah akan sembuh dan harus tetap berpikir positif, ibuku juga menambahkan kata-kata semangat kepada ayahku agar selalu ingat kepada Allah karena Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang memberikan kita sakit dan yang mampu untuk mengangkatnya pula.
Setelah waktu jenguk habis, aku dan ibuku berpamitan dengan ayahku dan kembali ke tempat duduk kami. Aku pun memperhatikan ke sekitar sementara ibuku sedang bercerita dengan salah satu keluarga pasien lain di samping tempat duduk kami. Tiba-tiba oomku yang memang dari tadi ada di dekatku berkata kepadaku bahwa ibuku belum ada pulang ke rumah semenjak datang ke RSUD bersama ayahku. Oomku sudah membujuk ibuku agar bisa pulang dan beristirahat di rumah, biar oomku yang menjaga ayahku di sini, dan ibuku bisa datang kalau waktu menjenguk sudah tiba, tapi ibuku tidak mau. Jadi, oomku memintaku yang membujuk ibuku.
Setelah ibuku selesai bercerita dengan keluarga pasien lain, aku pun membujuk ibuku agar bisa pulang dan beristirahat di rumah, karena memang sudah berhari-hari ibuku di sini, aku kasihan, biar aku dan oomku yang menjaga ayahku. Tapi tetap saja ibuku tidak mau, ibuku pun bilang kalau ibuku datang berdua bersama ayahku ke RSUD ini dan ibuku hanya mau pulang kalau berdua dengan ayahku. Aku pun tidak punya kata-kata lain selain mengikuti keinginan ibuku.
Selama beberapa hari aku tidur di RSUD bersama dengan ibuku, kadang adik-adikku juga datang ke RSUD kalau tidak ada kegiatan sekolah atau PR yang harus dikerjakan, sementara untuk pekerjaan di rumah dilakukan oleh oomku dan kadang oomku juga tidur di RSUD. Selama di RSUD ini juga aku melihat bagaimana tipisnya antara kebahagiaan dan kesedihan. Di satu sisi aku melihat bagaimana keluarga yang menangisi salah satu anggota keluarga yang meninggal, ada bayi yang meninggal karena diabetes hingga bapak-bapak yang meninggal setelah koma selama beberapa hari, ada juga keluarga yang bahagia setelah anggota keluarganya dipindahkan ke rawat inap karena kondisinya sudah lebih baik. Jadi, kami semua yang menggelar tikar dan berjaga di depan pintu ICU saling menyemangati, memberi selamat, maupun memberi belasungkawa.
Kegiatan sehari-hariku berkisar di RSUD ini. Mandi di salah satu toilet di gedung ICU atau di kamar mandi dekat Musholla, kadang sekedar jalan-jalan mengitari RSUD dan melihat ruangan-ruangan yang ada, dan bermain dengan kucing yang berkeliaran di sekitar RSUD. Kalau mau ngerokok, aku keluar sebentar dari RSUD dan duduk di samping jalan, kadang sambil cerita dengan bapak-bapak yang juga sengaja keluar untuk ngerokok, saling bertanya tentang kondisi keluarganya, pengobatan yang dilakukan, dan sebagainya. Sebenarnya ada banyak kedai di tepi jalan, kadang aku juga ngopi di salah satu warung.
"Jeruk yang kutanam gimana kondisinya ya?"
Kadang terbesit dipikiranku mengenai kondisi jeruk penelitianku, karena sudah hampir waktunya untuk disubkultur. Tapi, mengingat yang sedang terjadi, aku lebih fokus kepada kondisi ayahku saat ini.
Sekitar seminggu ayahku di ICU, hingga tiba waktunya ayahku dipindahkan ke ruang rawat inap karena kondisi ayahku sudah lebih baik. Tentu hal ini membahagiakan kami semua. Beberapa keluarga yang masih menunggu di depan ruang ICU memberikan selamat kepada kami dan mendo'akan kesembuhan untuk ayahku. Beberapa jam kemudian, ayahku pun dipindahkan ke ruang rawat inap.
Kalau di depan ruang ICU kondisinya cukup luas jadi aku bisa berjalan ke sana kemari, berbeda dengan ruang rawat inap yang kondisinya satu ruangan diberi sekat tirai sesuai ranjang, jadi tidak banyak tempat. Ada semacam tempat duduk panjang di dekat sekat. Biasanya ibuku tidur di atasnya dan aku tidur di bawah. Kadang ayahku meminta agar aku tidur di sampingnya, tapi aku bilang, "Nanti roboh ranjangnya kalau ari tidur di atas berdua sama Bapak 😅".
Selama beberapa hari ayahku di ruang rawat inap. Ada dokter yang datang rutin untuk pengecekan, ada yang mengantarkan makanan, ada dokter yang memberikan fisioterapi. Dokter fisioterapinya juga mengajarkanku untuk melakukan fisioterapi kepada ayahku. Selama di ICU sebelumnya, pergerakan ayahku terbatas, jadi perlu melakukan fisioterapi dan gerakan-gerakan ringan untuk mengembalikan fleksibilitas tubuh. Alhamdulillah seiring waktu gerakan lengan dan kaki ayahku yang sebelumnya agak kaku menjadi lebih baik walau masih kesulitan untuk duduk.
Akan tetapi di ruang rawat inap ini beberapa keanehan terjadi. Ayahku beberapa kali melihat sesuatu yang kami tidak bisa melihatnya. Jadi, aku hanya bisa membacakan ayat-ayat al-Qur'an kepada ayahku dan ketika ditanya bagaimana kondisinya, ayahku menjawab kalau kondisinya sudah lebih baik dan tenang setelah dibacakan ayat-ayat al-Qur'an. Suatu ketika aku bermimpi dan di dalam mimpi aku mendapat simbol mengenai surah al-mulk, aku pun membacakan surah al-mulk kepada ayahku. Suatu malam, aku baru selesai ngerokok di luar dan kembali ke ruang rawat inap, ibuku langsung menghampiriku dan bilang kalau ayahku melihat hal aneh lagi, aku pun turun sebentar ke musholla untuk ambil air wudhu dan shalat isya kemudian kembali ke tempat ayahku dan membacakan ayat-ayat al-Qur'an. Setelah itu ayahku merasa lebih baikan. Ayahku bilang kalau sesuatu itu hilang ketika aku membacakan ayat al-Qur'an.
Setelah ayahku tidur, ibuku bercerita kalau sebenarnya selain sesuatu yang datang ini, ayahku juga pernah melihat seperti layar TV yang dibentang di atasnya dan melihat seperti film nabi Musa dan nabi Isa. Kemudian ayahku diajarkan zikir subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wallahu akbar, wa laa haula wa laa quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim.
Akhir Januari 2023
Beberapa hari kemudian, kondisi ayahku sudah lebih baikan dan dokter membolehkan ayahku untuk pulang. Kami pun bahagia. Kami segera mengemas barang-barang dan membawanya ke pintu keluar. Aku dan oomku juga mengurus resep obat dan resep makanan yang perlu dikonsumsi ayahku. Setelah itu, kami pulang ke rumah dengan bantuan bang Iqbal (anak pemilik kedai di pasar tempat ayah dan ibuku berjualan) menggunakan mobil. Sesampainya di depan rumah, kami disambut tetangga kami yang bahagia melihat ayahku pulang dan membantu ayahku turun dari mobil. Salah satu tetanggaku juga meminjamkan kursi roda untuk ayahku karena ayahku masih lemah untuk berjalan.
Malam harinya, tetangga-tetanggaku berdatangan untuk menjenguk ayahku. Ayahku masih agak lemah dan sebenarnya untuk duduk juga kesulitan. Tapi ayahku masih bisa mengikuti pembicaraan yang berlangsung. Malam hari ini, aku tidur dengan ayahku bersama ibuku, karena di rumah sakit sebelumnya ayahku memintaku untuk tidur di sampingnya tapi aku tidak bisa karena tidak muat dan takut ranjangnya roboh.
Selama di rumah, kami menyiapkan makanan untuk ayahku sesuai dengan yang ditulis bagian nutrisi RSUD, juga menyiapkan obat yang sudah diresepkan. Kami menjaga ayahku bergantian. Kadang di pagi hari oomku membawa ayahku jalan-jalan keluar menggunakan kursi roda.
Rabu Sore, 01 Februari 2023
Aku sedang memijat punggung ayahku. Tapi ayahku bilang pijatanku kurang kuat dan pengen ibuku yang pijat. Aku pun bilang kalau ini namanya pijat relaksasi. Ibuku pun mengambil alih untuk memijat, sementara aku memijat kaki ayahku. Aku memijat ayahku sambil sesekali bercanda untuk menghibur ayahku. Ayahku pun senyum.
Malam harinya, teman ayahku datang, Om Aji Sauti. Aku menyalaminya dan mempersilakan masuk. Om Aji Sauti bilang kalau dia bermimpi ayahku sudah sembuh dan pulang ke rumah, jadi dia langsung datang ke rumahku. "Maa syaa Allah, petunjuk lewat mimpi," batinku. Memang ayahku dan Om Aji Sauti sudah berteman sejak lama sekali, mungkin ikatan pertemanan yang kuat ini yang menyebabkan hal ini terjadi. Karena kami belum ada mengabari Om Aji Sauti kalau ayahku sudah pulang dari RSUD, tapi mimpinya yang menuntunnya untuk datang.
Menjelang tengah malam, Om Aji Sauti pulang ke rumahnya, sementara ayahku sudah beristirahat. Tiba-tiba aku mendapat perasaan aneh, perasaaan yang membuatku agak sedih. Aku pun duduk di kursi sambil scroll YouTube dan entah kenapa aku ingin mendengar puisi-puisi persia. Memang aku menyukai puisi-puisi persia, tapi kali ini secara tiba-tiba keinginan itu datang. Aku pun scroll YouTube hingga menemui puisi Jalaluddin Rumi yang berjudul "When I Die". Dan entah kenapa aku mendengarkan puisi ini berulang kali. Setelahnya, ada perasaan aneh yang datang seakan-akan berkata kepadaku "Bapak akan meninggal, terima kasih sudah menjaga Bapak, Ari kembalilah ke Pekanbaru lanjutkan penelitiannya".
Astaghfirullah! Pikiran dan perasaan apa ini? Aku pun menepis perasaan itu dan mendo'akan kesehatan dan penjagaan dari Allah kepada ayahku. Setelah itu aku masuk ke dalam kamar karena adikku memanggilku untuk membantunya mengerjakan PR.
Kamis Subuh, 02 Februari 2023
"Ari! Bangun Ri!"
Aku terbangun dan melihat ibuku di depanku.
"Dia datang lagi!" ujar ibuku.
Aku mengerti maksudnya, ayahku melihat sesuatu yang aneh lagi. Aku pun segera bangun dan keluar dari kamar. Aku segera membacakan ayat-ayat al-Qur'an kepada ayahku. Namun, kali ini aku merasakan perasaan yang aneh. Aku terus membacakan ayat-ayat al-Qur'an sambil memegang ubun-ubun dan dada ayahku. Sementara itu, ibuku membangunkan adik-adikku dan meminta untuk memanggilkan Om Riko, salah satu dokter di dekat rumahku. Ibuku juga menelpon pamannya yang ada di Makassar dan meminta tolong apa yang harus dilakukan. Beliau pun menyuruh ibuku untuk membacakan ayat-ayat al-Qur'an di kepala ayahku.
Kondisi ayahku semakin lemah, badannya menggigil. Om Riko pun datang dan langsung memeriksa ayahku. "Gula darahnya rendah," ujar Om Riko. Om Riko menyuruh kami untuk membuat air gula. Ibuku langsung ke dapur dan membuat air gula dan mencoba meminumkannya ke ayahku, tapi entah kenapa ayahku tidak membuka mulutnya seperti tertutup rapat. Om Riko menyuruhku untuk tetap membacakan ayat-ayat al-Qur'an. Ibuku panik dan menangis sambil meminta saran dari pamannya di telpon.
Aku yang membacakan ayat al-Qur'an sambil memegang dada ayahku merasakan detak jantungnya semakin melemah. Tiba-tiba aku mendapatkan perasaan di hati yang menyuruhku untuk membacakan Surah Al-Ikhlas dan Adzan di telinga ayahku, aku pun mengikuti kata hatiku.
Bacaan ayat-ayat al-Qur'an dan Syahadat terus berlantunan hingga tiba saat adzan subuh, aku tidak merasakan detak jantung ayahku lagi.
"Bapak sudah tidak ada," ujar Om Riko menahan sedih. Ibuku yang masih memegang ubun-ubun ayahku langsung jatuh terduduk sambil menangis dan mengatakan kepada pamannya kalau ayahku telah pergi meninggalkan kami semua. Aku terdiam dan memandang wajah ayahku yang terlihat seperti sedang tertidur, "Yaa Allah, Bapak sudah kembali kepada-Mu, jaga Bapak dengan penjagaan-Mu yang sempurna Yaa Allah," batinku. Om Riko pun menyuruh adikku untuk memanggil tetangga sekitar. Adikku langsung keluar rumah sambil menangis. Adikku yang paling bungsu langsung menangis dan masuk ke dalam kamar. Sementara aku hanya terdiam dan tidak ada air mata yang mengalir keluar.
Tetangga sekitar rumahku berdatangan dan membantu mengurusi ayahku, beberapa menenangkan dan memeluk ibuku yang masih menangis. Aku pun pergi ke kamar mandi untuk berwudhu dan shalat subuh. Dalam sujudku, air mataku mengalir. Selesai shalat, aku berdo'a kepada Allah untuk ayahku yang telah kembali kepada-Nya. Aku keluar kamar dan melihat tikar sudah digelar dan tenda sudah didirikan.
Hal selanjutnya tidak bisa aku ceritakan karena teman-teman semua juga tau apa yang selanjutnya dilakukan. Perlu beberapa hari untuk kondisi di rumahku menjadi stabil setelah kepergian ayahku. Sepupuku yang sedang kuliah di Pekanbaru dan Acik (Bibi) ku yang dari kampung juga datang untuk menghibur Ibuku.
Akhir Februari 2023
Aku kembali ke Pekanbaru untuk melanjutkan penelitianku. Karena jeda antara inisiasi dan subkultur sudah lewat dari 2 minggu, maka jeruk yang kutanam sebelumnya tidak dapat digunakan. Jeruk yang kusimpan di kulkas masih ada yang bagus, selebihnya kurang bagus, jadi aku kembali ke Desa Pulau Jambu untuk membeli jeruk kuok dengan diantar oleh temanku, Rohim. Setelahnya aku pun mulai penelitian ulang dengan melakukan inisiasi, lalu subkultur, dan 9 minggu kemudian dilakukan pengamatan.
Pada pengamatan ini, ada hal yang unik. Aku menemukan embrio somatik fase hati. Dan penemuanku ini seakan isyarat dari Allah untuk menghiburku setelah kesedihan yang terjadi. Aku pun selesai penelitian hingga analisis data di akhir bulan Mei 2023.
Setahun berlalu sejak hari itu. Waktu aku umur 6 tahun, adik perempuanku satu-satunya meninggal dunia, dan aku selalu melihat ke langit dan beranggapan dia menjadi salah satu bintang di sana. Namun, ketika ayahku meninggal dunia, aku tahu bahwa ayahku ada di alam lain, bukan bintang yang di atas sana, ada sekat antara alam ini dan alam sana, kematian hanya bagian dari perjalanan jiwa yang akan dialami setiap yang bernyawa.
Meski demikian, aku merasa tetap dekat dengan ayahku, sama dekatnya seperti saat aku mencium ayahku untuk terakhir kalinya. Meski berbeda alam, kadangkala dua jiwa dapat bertemu di alam mimpi. Beberapa kali aku bertemu ayahku di dalam mimpi dan ayahku terlihat bahagia.
Ari yang kuat ya, makasih udah mau cerita, pasti ramadhan ini Ari dan keluarga terasa berat bgtt :". Semoga almarhum diberi tempat terbaik disisi-Nya, Amin Allahumma amin. Semoga Ari dan keluarga juga sehat2 terus ya.
BalasHapusTerima kasih anonim, semoga kamu dan keluarga juga sehat selalu ya 😊
HapusAku tau pasti banyak beban yg kamu pikul saat ini, meskipun Ari ga ada menyinggung masalah itu. Apapun itu, tetep semangat ya. Ntah kenapa pertama kali aku liat kamu duluuu bgtt, meskipun kita ga ada ngobrol secara langsung, aku yakin kaliii kalau Ari bakal suksesss.. mungkin kedengarannya rada aneh atau gimana gitu ya... Wkwk cuman ya emg itu yang ku pikirkan duluu
BalasHapusWah iya kah? Hehe, aamiin yaa rabbal 'alamin. Semoga kita semua sukses dunia dan akhirat. Apapun yang terjadi, intinya tetap melangkah dan lakukan yang terbaik, apapun hasilnya kita kembalikan lagi kepada yang mengatur dan menjaga semesta ini 🌿
HapusAwal tahun 2023 emg berat bgt ya melaluinya ri. Kalo boleh, aku pengen cerita ri, akhir tahun 2022 sampai awal tahun 2023 itu emg kerasa berattt bgtt taukk. Waktu itu aku ngerasa, Allah jahat bgt. Aku ngerasa aku melalui hari demi hari kaya mayat hidup ri, dan itu ku lalui selama kurang lebih 6 bulan lamanya. Tiap malem aku selalu nangis, ngeliat ibu sama bapak ngurusin aku kaya anak bayi. Rutinitas ku hanya seputar kasur dan kursi roda. Bahkan utk makan dan membersihkan kotoran ku sendiri aja aku ga mampu ri. Ga ada satupun yg membuat ku semangat waktu itu ri selain ngeliat senyum ibuk dan bapak :"). Tapi Alhamdulillah karna rutin kontrol dan fisioterapi akhirnya semuanya terlewati ri ....hikss :"). Cuman sampai detik ini aku selalu ngerasa kalau aku selalu nyusahin ibuk sama.bapak.. huhu T.T. maap ya ri malah jadi curhat panjang lebar :")
BalasHapusTetap semangat ya anonim. Memang kehidupan ini penuh dengan naik dan turun, kadangkala ada tangisan, kekecewaan, dan rasa tak berdaya, kadangkala ada pula senyuman, kegembiraan, dan semangat yang membara. Tapi itulah uniknya kehidupan, membuat kita terus belajar dan merasakan setiap pengalamannya. Dan setiap detiknya memberikan hikmah walau kadang kita tak menyadarinya. Aku jadi teringat kata-kata jalaluddin rumi: "Luka adalah tempat cahaya memasukimu" ☀
HapusIya sih ri, hidup ni emang selalu penuh kejutan ya, kadang bahagia kadang sedih, kadang hampa..wkwk semuanya disitu. Cuman aku selalu ingattt pesaaaan mu rii.. "jangan jadikan dunia di hatimu, melainkan akhirat di hatimu, dan dunia ditanganmu, lalu letakkan kematian dikedua pelupuk matamu, libatkan Allah dalam segala aktifitas mu, semoga kamu sukses dunia dan akhirat", hidup emang udah ada yang ngatur, tapi membiasakan hati untuk selalu tenang dan bersyukur itu yang ga gampang🥲
BalasHapusMaa syaa Allah 🌿
HapusIya bener, memang berusaha tenang dan bersyukur perlu proses dan pelatihan diri
Posting Komentar