ARIANTOTLE

Rabu, 03 April 2024



Hi guys! Gimana kabarnya?

Semoga sehat selalu ya.


Kali ini aku akan melanjutkan postinganku yang berjudul TERUSIK: What Should I Choose? dan menceritakan tentang pengalaman yang kualami sejak saat itu.


Jadi, di postingan itu belum terjawab mengenai peminatan yang akan kupilih selama berkuliah di Jurusan Agroteknologi ini. Dan setelah waktu berlalu, aku bersyukur dan tidak menyesal sama sekali mengambil peminatan yang dapat kalian lihat betapa kebingungannya aku di postinganku itu 😅


Jadi, peminatan apa yang kupilih?


Aku memilih peminatan Pemuliaan Tanaman. Spesifiknya lagi ke Pemuliaan Tanaman Modern. 


Pemuliaan tanaman? Apa itu? Apa tanamannya dimuliakan seperti raja?


Wkwk, sebenarnya itu yang kupikirkan pas masih maba. Mungkinkah itu sejenis teknik menghias tanaman biar lebih bagus atau langkah estetik dengan memberi pernak-pernik ke tanaman? Tapi, bukan itu maksud sebenarnya. 


Singkatnya, pemuliaan tanaman itu adalah suatu teknik memanipulasi genetik tanaman sehingga menghasilkan tanaman baru yang memiliki karakter yang bermanfaat bagi manusia. Ibaratnya itu tanamannya diupgrade supaya kualitas ataupun kuantitasnya menjadi lebih baik. 


Pemuliaan tanaman ini sendiri terbagi menjadi dua, ada yang konvensional dan ada yang modern. Kalau yang konvensional itu contohnya persilangan tanaman. Misalnya ada tanaman yang buahnya itu besar tapi ga manis, sedangkan satunya lagi buahnya kecil tapi manis. Nah, kita bisa coba silangkan/kawinkan tuh kedua tanaman (yap, kita jadi mak comblang 😅) supaya dapat tanaman yang buahnya besar dan manis. Cuma, ya...kita ga tau, seberapa besar kemungkinan kedua induk tanaman itu menghasilkan anakan yang kita inginkan. 


Sementara kalau pemuliaan tanaman modern, kita pakai teknik yang lebih canggih, misalnya kita mau tanaman yang buahnya besar dan manis tadi, kita tinggal ambil tuh gen yang bikin buahnya besar, terus masukin ke tanaman yang buahnya manis. Jadi, lumayan lebih akurat, tapi ya.. cara ini agak mahalan dikit. 


Kira-kira itu lah sekilas tentang pemuliaan tanaman. Sebenarnya, pemuliaan tanaman ini cakupannya luas banget dan ulasanku di atas hanya sebagian kecil dan simplifikasi dari pemuliaan tanaman itu sendiri. Mungkin, aku akan menjelaskan lebih lanjut tentang pemuliaan tanaman dan cakupannya di postinganku suatu hari nanti.


Jadi, diantara yang konvensional dan modern, Ari ambil yang mana?


Aku ambil yang modern, lebih lanjut lagi ke Kultur Jaringan Tanaman. Menurut Leva and Rinaldi (2012) dalam bukunya yang berjudul Recent Advances in Plant In Vitro Culture menjelaskan bahwa Kultur Jaringan Tanaman adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian dari tanaman baik berupa sel, jaringan atau organ kemudian menumbuhkannya pada media buatan dengan keadaan yang terkontrol dan steril sehingga bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap dan sama seperti induknya. 


Ha? Apa tu maksudnya?

Kita langsung ke contoh aja ya. Misalnya gini, kamu punya tanaman super langka yang ga berbiji dan cuma tersisa beberapa pucuk daun yang segar, mau dicangkok atau stek takutnya sayang ga berhasil. Jadi, kamu bisa tu ambil pucuk daunnya terus tanam dalam media yang isinya nutrisi yang diperlukan tanaman, nanti dari sepucuk daun itu bisa jadi banyak tanamannya. Ini dikenal dengan istilah totipotensi sel yang menjadi dasar dari kultur jaringan tanaman, yaitu kemampuan suatu sel tanaman untuk beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap kembali. Btw, satu pucuk daun itu bisa jadi banyak loh kalau diiris kecil-kecil, karena untuk eksplan (bagian tanaman yang diambil untuk dikulturkan), biasanya berukuran 0,5-1 cm. Keren kan?


Oke kita lanjutkan ke pengalamanku.


Aku dan Laboratorium Bioteknologi Tanaman
(2024)

Pada semester genap tahun 2020, aku diangkat jadi asisten Laboratorium Bioteknologi Tanaman dan memulai era menjadi pembimbing adik-adik tingkat yang praktikum. But you know guys? Kan dari tahun 2019 sampai 2020 lagi Covid-19 tuh, jadi aku kuliahnya online termasuk praktikum. Aku yang belum ada praktek praktikum langsung seketika menjadi asisten praktikum, tentu aku kebingungan. Waktu itu aku masih awam banget dengan prosedur kerja dan praktek penggunaan alat di Lab Bioteknologi. Apalagi kita perlu kondisi yang steril baik alat, bahan, maupun diri kita sendiri. Dan aku masih bingung dengan penggunaan autoclave, laminar air flow cabinet (LAFC), pH meter, sampai megang pinset aja masih gemetaran 😅 Tapi, untunglah dibawah bimbingan Kak Iif sebagai laboran dan juga beberapa kakak tingkat angkatan 2017 terutama Kak Wisyuni Eka yang sedang penelitian, aku jadi banyak belajar dan lambat laun akhirnya bisa dan terbiasa.


Tim Asisten Praktikum di Lab Bioteknologi Tanaman
(2023)

Selama menjadi asisten praktikum, aku jadi sering main ke Lab walau ngga sedang ngasisten. Karena selain bisa melihat dan belajar cara-cara kakak tingkat yang sedang penelitian, aku juga bisa sekedar duduk-duduk atau berbaring kalau sedang kelelahan. Bisa juga cerita-cerita dengan siapapun yang sedang ada di Lab.


Pada bulan Juni 2021, aku mulai mengajukan judul penelitian. Untuk penelitian di Lab Bioteknologi, biasanya perlu dilakukan Pra Penelitian untuk menguji metode kita supaya meminimalisir terjadinya kegagalan pas penelitian nantinya. Maka dari itu, sepulang dari KKN di Desa Pinang Sebatang Timur, Siak, aku langsung Pra Penelitian. Berbekal dengan ilmu dan skill yang kudapat selama jadi asisten praktikum, aku bisa menjalaninya walau agak sedikit kewalahan. Aku Pra Penelitian hingga bulan Maret 2022 karena perlu trial error untuk menguji metodeku dari beberapa referensi mulai dari orientasi penanaman eksplan untuk menemukan arah penanaman eksplan yang lebih efektif apakah horizontal atau vertikal, teknik sterilisasi yang efektif dan efisien, hingga Pra Penelitian terakhir yang mengkombinasikan kesemua metode efektif sebelumnya. 


Sembari Pra Penelitian, aku juga menyusun proposal penelitian, tapi proposalku baru selesai setelah mendapatkan metode yang efektif dari Pra Penelitianku. Proposal pertama yang kuantar tidak terlepas dari kesalahan baik penulisan, referensi, ataupun narasi yang dipaparkan, jadi perlu revisi. Tapi, dengan revisi proposal ini aku jadi belajar tentang penulisan yang baik dan benar jadi aku juga bisa membantu teman-teman lain yang sedang revisi. Aku juga jadi lebih aware dengan proposalku dan sering bertanya dengan dosen pembimbing tentang hal-hal yang masih aku bingungkan. Beberapa kali proposalku direvisi hingga saat proposalku sudah diacc, aku masih menemui dosen pembimbingku untuk memverifikasi proposalku dan beliau hanya bilang "Tidak apa-apa Ari, tidak ada proposal yang sempurna, apa yang kita anggap sudah sesuai bisa jadi berbeda dengan dosen lain karena setiap dosen punya pendapat yang berbeda, kita seminarkan aja, mana tau pas seminar ada masukan dari dosen penguji". Akhirnya pada tanggal 02 Desember 2022 aku pun Seminar Proposal Penelitian.


Seminar Proposal Penelitian
(2022)

Yap, benar seperti yang diutarakan dosen pembimbingku, meski terlihat sudah pas, tapi proposalku masih perlu direvisi. Banyak masukan dari dosen penguji untuk mengimprove proposalku. Aku senang karena revisi itu juga menjawab kebingunganku sebelumnya dan aku bisa melihat celah yang perlu diperbaiki dalam proposalku yang sebelumnya tidak aku sadari.


Setelah seminar proposal, aku pun mulai menyiapkan alat dan bahan untuk penelitian, termasuk ke Desa Pulau Jambu, Kampar, untuk membeli jeruk kuok langsung dari pohonnya. Penelitianku terdiri dari dua tahap, tahap inisiasi dan subkultur dengan jeda antar tahapnya 2 minggu. Tahap inisiasi adalah tahap dimana aku mengupas dua lapisan kulit biji jeruk dan menanamnya dalam media, sedangkan tahap subkultur adalah tahap dimana aku memotong bagian nodus kotiledon dari biji yang sudah berkecambah dan menumbuhkannya dalam media yang sudah kuberi perlakuan. Aku memulai tahap inisiasi di awal bulan Januari 2023. Namun, kegiatan penelitianku ini terpaksa aku hentikan sementara karena ada hal penting yang membuatku pulang ke Dumai. Hal penting itu dapat kalian baca di postinganku sebelumnya yang berjudul Air Mata Subuh


Setelah kembali dari Dumai, aku memulai ulang tahap inisiasi karena jeruk yang kutanam tidak bisa dilanjutkan ke tahap subkultur karena sudah lewat masanya. Meski pada fase-fase penelitian ini masih ada sisa-sisa kesedihan setelah yang terjadi di awal bulan Februari, aku menguatkan diri untuk tetap melanjutkannya, ditambah setelah dilakukan pengamatan, aku menemukan hal unik berupa embrio somatik fase hati sebagai isyarat pelipur lara dari Allah, aku menjadi lebih semangat. Aku juga bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Lab Bioteknologi ini, karena kakak laboran, kakak tingkatku, teman-temanku seperpenelitian, serta adik tingkatku yang menjadi asisten dan praktikan mendukung dan menghiburku selama fase-fase ini sehingga mengurangi keguncangan di jiwaku. Ya.. selain rumahku di Dumai tempatku pulang, kosku tempatku menyendiri dan merenung, kini Lab ini yang menjadi rumah ketigaku tempatku berbagi cerita. Aku menyelesaikan penelitian hingga analisis data pada tanggal 28 Mei 2023.


Fase Penelitian
(2023) 

Setelah mendapatkan data hasil penelitian, aku melanjutkan penulisan skripsi. Sama seperti proposal sebelumnya, skripsiku ini juga tidak terlepas dari kesalahan dan perlu direvisi. Beberapa kali skripsiku direvisi hingga pada tanggal 18 Oktober 2023 aku pun Seminar Hasil Penelitian. 


Seminar Hasil Penelitian
(2023)

Setelah seminar hasil penelitian, skripsiku masih perlu direvisi kembali. Sembari itu, aku juga menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan untuk Ujian Komprehensif alias sidang. Hingga akhirnya pada tanggal 20 Desember 2023 aku pun melaksanakan sidang.



Kronologis Sidang


Di sidang ini, pertama-tama dibuka oleh dosen pembimbingku sekaligus menjadi dosen penguji.

"Silakan kepada Ari untuk memaparkan ringkasan skripsinya"

Aku pun memaparkan ringkasan dari skripsi. Ringkasan skripsi ini perlu kita hapal, jadi saat memaparkan kita tidak melihat teks. Sambil aku memaparkan, dosen-dosen penguji yang sebelumnya memperhatikan skripsiku seketika memandangiku. 

"Yaa Allah, jangan sampai ngeblank," batinku. 

Alhamdulillah ngga ngeblank 😅

Setelah itu sesi tanya jawab dimulai, dimana masing-masing dosen penguji diberi waktu 20 menit untuk bertanya. Pertanyaan pertama dari dosen pengujiku yang merupakan Ketua Jurusan Agroteknologi. Beliau menanyakan mengenai latar belakang penelitianku, masalah apa yang menjadi landasan penelitianku dilakukan. Jadi, penelitianku dilakukan untuk menemukan konsentrasi zat pengatur tumbuh terbaik dalam perbanyakan jeruk kuok secara kultur jaringan. Kenapa perlu diperbanyak? Karena di daerah jeruk kuok ini berasal sedang dilanda penyakit tanaman bernama diplodia yang menginfeksi pangkal batang hingga ke ranting teratas bahkan bisa masuk ke dalam buah. Perbanyakan secara vegetatif seperti stek yang umum dilakukan, menghasilkan anakan yang sedikit dan masih rentan terjadinya penyebaran penyakit itu kalau batangnya sudah terinfeksi meski tak terlihat gejalanya, sementara kalau perbanyakan generatif pakai biji, genetik tanaman yang dihasilkan bisa berbeda dengan induknya, sedangkan kita pengen anakannya punya genetik yang sama dengan induknya. 


Akhirnya, pertanyaan beliau selanjutnya seputar penyakit diplodia dan cara mengatasinya. Kebetulan pertanyaan ini di luar dari materi skripsiku dan syukurnya aku membaca materinya malam sebelumnya. Aku pun menjelaskan cara mengatasinya, namun kupaparkan juga hasil wawancaraku dengan petani jeruk kuok disana tentang hal yang mereka lakukan. Jadi, penuturan petani jeruk kuok disana, mereka sudah melakukan berbagai cara untuk mengatasi penyakit ini, tapi sampai sekarang masih belum berhasil, akhirnya beberapa petani beralih menanam jambu kristal. 


"Coba kamu penyuluhan dulu tentang penyakit jeruk ini," ujar dosen pengujiku.

Aku panik sebentar karena aku lupa cara penyuluhan yang baik dengan benar gimana wkwk. Tapi aku pun berusaha untuk melakukannya. 


Setelah selesai beliau bilang, "Bukan gitu cara penyuluhan, Ri."

Beliau pun mencontohkan cara penyuluhan yang baik dan benar, dan seketika aku pun teringat caranya. Yap, penyuluhannya disesuaikan dengan keadaan petani dan bahasanya sedikit informal, sementara aku memakai bahasa yang sama seperti sedang seminar penelitian wkwk. 


Setelah 20 menit, selanjutnya pertanyaan dari dosen pengujiku yang merupakan seorang yang ahli di bidang bioteknologi modern. Aku belajar banyak hal dengan beliau ketika di kelas dan itu membuat minatku terhadap bioteknologi modern menjadi lebih besar. Pertanyaan beliau seputar  bioteknologi, fertilisasi ganda pada tanaman, fisiologi dan perkembangan biji, mitosis dan meiosis, hingga kromosom pada tanaman. Ibaratnya dari umum ke khusus, lalu ke khususnya khusus. Alhamdulillah aku bisa menjawabnya walau ada beberapa yang aku kurang tau dan beliau pun memberikan petunjuk hingga aku dapat sedikit menjawabnya.


Sebenarnya ada bagian dari metode penelitianku yang beliau tanyakan yaitu pemilihan eksplan yang memiliki genetik yang sama dengan induknya. Jadi, jeruk ini punya sifat poliembrioni dimana dapat muncul beberapa tunas dari satu biji, satu tunas berasal dari embrio zigotik yang merupakan peleburan dua gamet dimana genetiknya menjadi berbeda dari induknya, sementara tunas selebihnya berasal dari embrio nuselar yang berasal dari sel-sel nuselus sekitar kantong embrio jadi genetiknya sama dengan induknya. Eksplan yang kugunakan berasal dari tunas embrio nuselar. Untuk pemilihan tunas dari embrio nuselar aku memakai cara yang sederhana dengan memilih tunas yang lebih vigor karena mengikut referensi yang kugunakan. Tapi cara ini kurang efektif karena bisa ada kemungkinan salah memilih tunas, khawatir terambil tunas dari embrio zigotik. Beliau menjelaskan sebenarnya ada cara yang efektif yaitu menggunakan alat spektrofotometer. Tapi sayangnya alat itu belum ada di Lab. Meski demikian, beliau tidak mempermasalahkannya karena secara metode aku juga sudah berusaha semaksimal mungkin memilih tunas sesuai kriteria yang kugunakan. Dan beliau hanya menyampaikan quotes berbahasa Jerman:


Lass die Vergangenheit Vergangenheit sein

(Yang berlalu biarlah berlalu) 


Ya, karena penelitianku sudah dilakukan, jadi mau bagaimana lagi. Setidaknya aku belajar tentang cara yang lebih efektif dan mungkin bisa menjadi referensi metode untuk penelitian selanjutnya. 


Setelah 20 menit, giliran dosen pengujiku yang merupakan Kepala Laboratorium Bioteknologi yang bertanya. Beliau merupakan dosen yang humble dan menjadi tempatku bertanya ketika di Lab. Karena pertanyaan seputar bioteknologi yang mendalam sudah ditanya dosen sebelumnya, beliau hanya bertanya seputar jeruk, macam-macam jeruk, kultur jaringan, prospek kedepannya dari kultur jaringan, hingga mengenai Laboratorium Bioteknologi. 


Setelah 20 menit, giliran dosen pembimbingku yang bertanya. Pertanyaan beliau dimulai dari jeruk secara umum, pemanfaatan jeruk, lalu perlakuan dalam penelitianku, dan saling terkait hingga ke fisiologi tanaman, macam-macam senyawa organik pada tanaman, dan akhirnya semakin mengerucut sampai asam nukleat, komponen DNA, dan basa nitrogen. Alhamdulillah aku bisa menjawabnya. 


Setelah selesai sesi tanya jawab. Aku pun dipersilakan keluar sebentar karena dosen-dosen penguji akan berdiskusi. Di luar, aku deg degan dengan hasil apa yang akan kudapatkan. Aku hanya menatap langit, pohon, dan orang-orang yang berlalu lalang.


"Bang gimana komprenya? Sudah selesai?" tanya adik tingkatku yang sedang lewat.

"Belum, dosen masih diskusi," jawabku. 

"Oh, semangat ya bang," ujarnya. 


"Ari!"

Aku pun dipanggil masuk kembali ke dalam. Di dalam, aku berdiri gelisah. Entah apakah kelihatan di wajahku kegelisahan itu atau tidak. Namun, aku hanya mencoba tersenyum.


Dosen pembimbingku pun memulai kembali sidang dan bertanya kepadaku.

"Menurut Ari berapa besar kemampuan Ari dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi?"

Aku mikir sejenak.

"Dalam rentang 100," lanjut beliau.

"80 Bu," jawabku yakin.

Beliau pun mengangguk begitu juga beberapa dosen lainnya. 

Akhirnya beliau pun mulai melanjutkan hingga pembacaan nilai sidangku.

"Nilainya adalah..."

Aku pasrah Yaa Allah

"B+"

"B+ Bu?" tanyaku.

Beliau hanya tersenyum, "Ngga ngga, nilainya A!"

"A Bu? ALHAMDULILLAH!" Aku kaget dan senang sampai tanpa sadar mengucap syukur dengan keras. 

"Alhamdulillah..." sambut dosen pengujiku yang merupakan Kepala Lab Bioteknologi.


Akhirnya setelah pembacaan nilai, dilanjutkan dengan kesan pesan dari dosen pengujiku, setelah itu penutupan dan foto bersama. 


Ujian Komprehensif
(2023)

Demikian kronologis dari sidangku 😅


Minggu-minggu selanjutnya aku mengurus berkas untuk Yudisium karena ingin mengejar wisuda bulan Februari 2024. Namun, qadarullah waktu pendaftaran wisuda sudah tutup dan aku belum sempat daftar. Jadinya in syaa Allah aku wisuda di periode selanjutnya. 


Oke, mungkin sekian ceritaku kali ini. Btw, sejujurnya proses yang terjadi sejak awal hingga akhir tidak sesederhana yang kutuliskan. Tapi, walaupun ada rintangan dan hambatan disana-sini, selama kita terus berjalan dan memperhatikan langkah, kita 'kan sampai juga di tujuan. Intinya tetap semangat! 🌿


Tambahan:

Terima kasih Hamba Allah 😊


4 Komentar

  1. Congrats ya ri, Lumayan mumet juga skripsi mu ri.. wkwk. Dan anehnya masih tetep kubaca sampe habis walaupun aku ga ngerti 🙃. Haisss dasar aku

    BalasHapus
  2. Hmmm... Kalau Ari wisudanya bulan juli, kayanya samaan nih. Cuman ya kecil juga si kemungkinan ketemu...wkwk apalagi beda fakultas. Aku juga ragu mau ikut wisuda atau engga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iya kah? Berarti udah selesai juga ya? Selamat ya atas gelarnya 🌿 Kalau misalnya wisuda di hari yang sama, boleh juga tuh ketemuan 😅

      Hapus

Posting Komentar